Galatia 4: 6
Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke
dalam hati kita, yang berseru: “ya Abba, ya Bapa!”
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 6; Matius 6; 2 Raja-Raja 3-4
Aku memegang banyak posisi dengan berbagai gelar. Beberapa gelar
profesional, beberapa spiritual dan beberapa lainnya biasa-biasa saja. Tapi
dari semua posisi yang aku pegang, tak ada yang sebanding dengan posisiku sebagai seorang ayah.
Waktu masih muda, kamu pasti akan berpikir akan jadi ayah suatu
saat nanti. Ini hal yang umum dialami oleh semua pria. Dan setelah menikah,
kamu akan berpikir kalau itu adalah waktunya untuk bermultiplikasi seperti yang Tuhan minta.
Tapi masih belum kepikiran tentang bagaimana hidup akan
berubah. Secara pribadi, menjadi seorang ayah adalah perjalanan panjang. Kami harus
menunggu selama sembilan belas tahun. Sampai suatu hari doa-doa kami terjawab dan mujizat terjadi.
Memandangi bayi perempuan kami dari dekat bagaikan pengalaman
ilahi. Kami benar-benar jatuh cinta kepada makhluk mungil ini. Kami merasa menggenggam mimpi kami.
Ya, kami tergila-gila dengan berkat yang kami terima. Kami bisa
membeli semua yang kami butuhkan, membuat tempat yang kami impikan dan merencanakan
masa depan kami dengan penuh pertimbangan. Tapi kasih yang aku rasakan untuk putriku
adalah sesuatu yang tak pernah aku harapkan. Aku gak bisa membandingkan hal itu dengan apapun.
Aku ingat waktu nenekku begitu mencintai Tuhan berkunjung, setelah
melihat lusinan foto bayi perempuan kami di dinding. Dia mulai mengingatkan, "Sekarang nak, berhati-hatilah untuk tidak memuja anak ini, kita hanya perlu memuja Tuhan."
Aku pun menjelaskan, “Nek, aku sangat mencintai putriku, aku bahkan gak bisa menahannya. Tuhan pasti mengerti.”
Aku tahu nenek bermaksud baik, tapi sejauh yang aku tahu cinta
adalah pemberian Tuhan dan aku tidak menganggapnya pemujaan. IItu hanyalah cinta
yang paling murni yang dialami oleh seseorang. Cinta itu gak pernah berkurang. Malahan
semakin bertumbuh. Cinta itu tidak malu-malu. Dan sejauh yang aku pahami, cinta
seperti ini membuat seorang pria bisa memahami kasih Tuhan, Bapa Surgawi kita kepada anak-anak-Nya.
“Dan karena
kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: “ya Abba, ya Bapa!”” (Galatia 4: 6)
Bapa Surgawi mengasihi kita, anak-anak-Nya. Kasihnya sangat besar.
Dia menginginkan tempat yang indah untuk semua umat-Nya. Dia menyediakan semua
yang kita butuhkan. Dia peduli dengan setiap aspek kehidupan kita, baik kesehatan, keluarga, pekerjaan, hobi, impian dan keinginan kita.
Bapa Surgawi bukan hanya mengasihi kita di gereja. Tapi Dia juga
mengasihi kita dimanapun kita berada. Dia mengasihi apa yang kita lakukan dan siapa
kita. Dia mengawasi kita waktu kita sedang terjaga dan membangunkan kita setiap pagi untuk memulai hari baru dalam kasih-Nya!
Dia mengamati setiap gerak kita dan setiap pikiran kita.
Alkitab berkata bahwa kita sangat berharga bagi Tuhan. Bahkan jumlah rambut di kepala kita pun dihitungNya (Lukas 12: 7).
Karena itulah, Dia menjadi panutan bagi semua ayah duniawi. Dia
adalah Bapa yang terbaik bahkan saat seorang anak laki-laki tidak mendapatkan kasih
sayang dari ayahnya. Walaupun kita mungkin gagal di satu bidang, Bapa Surgawi kita
akan selalu mengasihi kita.
Gelar sebagai ayah didapatkan oleh seorang pria secara biologis melalui pernikahan atau adopsi. Ini adalah gelar tertinggi dalam kehidupan seorang pria. Aku akan selalu jadi ayah yang memberkati putriku.
Hak cipta Gene Markland, digunakan dengan izin Cbn.