Mazmur 139: 14
Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 139; Yohanes 16; Ezra 3-4
Ada gak sih satu momen dalam hidupmu yang begitu berkesan? Karena sangat berkesan, kamu sampai bisa mengingat setiap detailnya. Kamu bisa mengingat apa yang kamu kenakan, memikirkannya dan berkata ke dirimu sendiri: ‘Saat itulah segalanya mulai berubah.’
Salah satu kenangan paling berkesan dalam hidupku adalah dalam kejadian saat pertemuan pelayanan di kampusku dulu. Waktu itu, aku duduk bersila di atas karpet abu-abu di sebuah bangunan tua yang dipenuhi dengan aroma kopi. Aku mengenakan kemeja merah dan jeans pendek. Waktu itulah aku mendengar kata ‘introvert’ untuk pertama kalinya.
Aku langsung merasa tak lagi kesepian dan lebih dimengerti. Tapi selama bertahun-tahun, pemahamanku tentang menjadi seorang introvert masih terfokus pada apa yang tidak aku suka (obrolan ringan) atau yang tidak ingin aku lakukan (pergi ke pesta setiap malam). Tapi ceritanya masih belum selesai. Bagian terpentingnya adalah bagaimana menjadi seorang introvert dan ekstrovert.
Kamu mungkin pernah bergumul dengan dirimu sendiri. Kamu pernah berpikir apakah kamu adalah seorang introvert yang pendiam. Atau seorang ekstrovert yang tenang. Apapun itu, yang perlu kita tahu adalah bahwa Tuhan menjadikan kita sebagaimana kita saat ini untuk satu tujuan.
Aku sudah menghabiskan waktu bertahun-tahun sebagai konselor, motivator dan seorang penulis yang belajar banyak tentang kepribadian introvert dan ekstrovert. Dari yang aku pelajari, bisa disimpulkan bahwa introvert atau ekstrovert bukanlah sesuatu yang ada sejak lahir, tetapi kepribadian itu bisa dibentuk lewat cara kita terhubung secara fisik dengan orang lain, terutama koneksi antara otak dan sistem saraf kita. Aku percaya Tuhan menciptakan kepribadian introvert dan ekstrovert sebagai pasangan yang saling melengkapi. Masing-masing dengan karunia dan potensinya yang luar biasa.
Karena budaya kita saat ini lebih kepada lingkungan yang lebih ekstrovert, maka orang-orang dengan kepribadian introvert seringkali tidak bisa menerima keadaan mereka. Tapi kebenarannya adalah semua orang itu sama pentingnya.
Sewaktu masih mahasiswa, aku sempat kehilangan jati diriku. Aku bingung menentukan apakah aku seorang introvert atau ekstrovert. Tapi kemudian aku menemukan kebenarannya bahwa kebebasan dan kebahagiaan sejati tidak berasal dari bagaimana meniru orang lain. Tetapi kita mendapatkannya dengan menyadari siapa kita sebagai ciptaan Tuhan.
Kamu adalah kamu. Tidak ada orang lain sepertimu dan kamu adalah satu-satunya versi terbaik dirimu. Tuhan sendiri membuatmu dengan sangat detail. Dia menganugerahkan ketenangan dalam dirimu. Dia menganugerahkan kelucuanmu. Dia merancangmu sebagai pribadi yang lebih berempati atau antusias, kreatif atau nyata, pemikir yang cepat. Tidak ada satu bagianpun di dalam dirimu yang dirancang dengan kesalahan.
Ketika kita memahami siapa kita, kita akan lebih mudah untuk memandang kepada Tuhan dan memenuhi panggilan-Nya melalui hidup kita. Jadi beranilah menjadi dirimu sendiri. Jangan coba menjadi orang lain!
Hari ini, syukurilah semua hal yang kamu punya kepada Tuhan.
Hak cipta Holley Gerth, disadur dari Crosswalk.com