Musim Menabur dan Menuai
Kalangan Sendiri

Musim Menabur dan Menuai

Lori Official Writer
      9372

Yohanes 4: 34-35

Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai.

 

Bacaan Alkitab Setahun: [kitab]Amsal9[/kitab]; [kitab]Yohan19[/kitab]; [kitab]Kidun1-3[/kitab]

Di suatu pagi, saat saya melangkah keluar, saya disapa oleh kesejukan yang begitu nikmat. Biasanya saya menyalakan lampu di dekat pintu untuk menerangi jalan menuruni tangga, tetapi pagi itu cahaya sudah bersinar di bagian dek meskipun pagi masih terlalu dini. Saat saya berada di ujung jalan masuk, saya melihat sinar rembulan, panen cahaya bulan.

Tuhan ada dalam setiap aspek hidup kita. Dia merancang terbitnya bulan saat musim gugur untuk mengakomodasi musim panen.  Petani menambah pekerja tambahan dan setelah hasil panen terkumpul, biasanya akan ada perayaan besar atas hasil panen dan juga ucapan syukur.

Yesus juga suka sekali menggunakan kisah yang merefleksikan tentang proses menanam dan memanen ini. Dia menggunakan tanaman dan hasil panen sebagai proses menyerbarluaskan injil, memperhatikan dan merawat orang-orang percaya. Dalam Matius 9: 37-38, Yesus mengingatkan tentang kebutuhan akan pekerja.

Saat ini, kita membutuhkan pekerja yang bersedia menabur dan memanen dalam hal kerohanian. Tetapi mengapa sulit sekali untuk membagikan injil tentang Kristus itu? Berikut beberapa alasan yang menghambat pekerjaan pelayanan injil orang percaya:

Takut: Saya berlari beriringan dengan seorang pria di sekitar rumah saya. Akhirnya, langkah saya melambat. Lalu pria itu mulai berolahraga di garasinya. Saat itu, Roh Kudus seakan mengegrakkan saya untuk menghampirinya dan menceritakan tentang Yesus. Tetapi saya malah mencari alasan seperti waktunya yang terbatas, tidak menghargai privasi orang lain, dan tidak benar-benar mengenal pria itu. Dan di beberapa hari kemudian saya mendapati bahwa pria itu telah meninggal. Ketakutanlah yang membuat kita terhambat untuk menyampaikan injil kepada orang lain.

Merasa tidak percaya diri: Ini adalah pekerjaan iblis. Iblis menaruh rasa minder didalam hati kita dan membuat kita meyakini bahwa kita tidak cukup pintar, menarik dan bijak untuk bisa menyampaikan injil kepada orang lain. Tentu saja hal ini tidak berlaku bagi seorang Musa yang dipilih Tuhan untuk melakukan tugasnya sekalipun dia bukan seorang yang cakap. Allah tentu akan kecewa ketika kita tidak taat melakukan perintah-Nya.

Melanggar privasi seseorang: Dunia membombardir kita dengan ungkapan bahwa setiap orang memiliki hak atas keyakinan mereka. Kebenarannya adalah menyampaikan kisah pribadi Anda tentang Allah kepada orang lain bukanlah suatu paksaan bagi seseorang untuk menerima Yesus. Pengalaman pribadi Anda adalah cerita Anda dan hal itu bisa saja membuat orang lain mengenal Tuhan.

Menganggap berbagi iman bukanlah bagiannya: Seringkali kita ragu membagikan iman kepada orang lain karena menganggap hal itu bukan bagiannya. Tetapi bagaimana jika yang lain juga berpikiran seperti itu? Membagikan iman kepada orang lain adalah sesederhana bercerita tentang hidup Anda kepada seseorang yang ada didekat Anda. Jadi tak perlu menunggu orang lain yang melakukannya.

Dalam Roma 1: 16, Rasul Paulus mengatakan kepada kita bahwa Injil adalah kekuatan Allah yang mampu menyelamatkan setiap orang yang percaya. Tak ada yang perlu ditakutkan ketika hendak membagikan injil. Kita adalah para pekerja Tuhan yang siap menabur dan menuai panen rohani. Jadi, singsingkan lengan baju Anda, bekerjalah dan nikmati hasil panen Anda. – Candy Arrington

 

Jangan pernah mencari-cari alasan untuk tidak membagikan iman kepada orang-orang di sekitar Anda 

Ikuti Kami