2 Timotius 2 : 9
Karena itu aku sabar menanggung semuanya itu bagi orang-orang pilihan Allah, supaya mereka juga mendapat keselamatan dalam Kristus Yesus dengan kemuliaan yang kekal
Bacaan Alkitab Setahun : [kitab]Mazmu130[/kitab]; [kitab]Yohan7[/kitab]; [kitab]Yerem37-38[/kitab]
Hampir 20
tahun, aku menderita penyakit kronis dan begitu lelah belajar dan terus
belajar. Aku juga lelah dengan semua yang berkenaan dengan membangun karakter. Kemudian dokterku menganjurkan supaya aku pergi ke dokter terapis fisik.
Dokter terapis itu adalah ‘pria
yang gagah’, namun sangat perhatian dan lucu, inilah jenis obat yang Anda butuhkan
saat sedang sakit. Lalu dia mulai bertanya tentang pekerjaanku. Aku menjawab
bahwa aku adalah seorang penulis dan Direktur dari Departemen Perempuan di gerejaku.
Mendengar hal itu, dia semakin tertarik mengajukan pertanyaan seputar gereja, tulisan dan imanku.
Ternyata, dia
adalah seorang Yahudi. Dia mengaku percaya Tuhan, tetapi tidak benar-benar pergi
ke gereja. Dia tampaknya memang bermasalah dengan mempercayai Yesus sebagai Mesias.
Lalu kami terus ngobrol seputar nubuatan
dan perjalan hidup Yesus. Lalu beberapa sesi berikutnya berlalu tanpa menyinggung pembicaraan soal kehidupan rohani.
Namun di sesi
terakhir dari terapiku, dia mulai bercerita tentang masa-masa mudanya. Dia mengaku
seorang Yahudi yang baik. Lalu aku meresponi, “Yesus adalah seorang Yahudi yang
baik juga.” “Ya. Tentu saja,” sahutnya. Lalu dia mulai mengajakku untuk mengobrol soal hal itu.
Saat itu,
aku merasa Roh Kudus sedang merencanakan sesuatu. Dia terus bertanya dan aku menjawabnya
dengan cara yang bijak. Dia bahkan harus membatalkan janji dengan pasien
berikutnya agar kami bisa ngobrol
lebih lama lagi. Satu jam berlalu, aku menjelaskan tentang esensi keselamatan yang diberikan Yesus melalui kematian dan kebangkitan-Nya.
Akhirnya,
dia mengaku bahwa aku begitu sabar menerangkan tentang semua ini. Berbeda
dengan teman Kristennya yang tidak dapat menahan emosi saat dia mengajukan
beragam pertanyaan seputar Yesus. Dan pada akhirnya dia memutuskan akan pergi
ke gereja. Bahkan dengan semangatnya, dia menyampaikan ucapannya itu kepada semua pasien di ruangan lainnya. “Aku akan pergi ke gereja!” teriaknya.
Aku tidak tahu
apa yang sedang terjadi dengan dia saat itu. Tapi aku tahu pasti, perjumpaan ilahi
itu nyata terjadi, disingkapkan dan signifikan. Aku juga tahu bahwa dia akan
terus mencari, dia akan menemukan ‘kebenaran’ itu. Dan Allah akan terus bekerja atas dia, seperti yang Dia lakukan kepada setiap orang.
Momen
inilah yang mengingatkanku bahwa kadang kala rasa sakit yang kita alami memiliki
maksud lain. Ujian datang tidak hanya agar kita belajar. Surat Paulus kepada
Timotius benar-benar memberikan pesan yang begitu jelas. Di masa itu, dia rela
dipenjara dan menanggung penderitaan demi penderitaan untuk keselamatan orang-orang
yang belum mengenal Yesus (baca 2 Timotius 2: 9-10). Penderitaan kita saat ini bisa
saja diijinkan terjadi agar orang lain bisa mengenal Kristus melalui hidup kita. – Melinda Means/Cbn.com
Lewat penderitaan dan kesengsaraan Yesus jualah
keselamatan itu dinyatakan kepada dunia