Bacaan Kitab Setahun: Mazmur 53; Kisah Para Rasul 25; Imamat 16-17
Apabila ada hal lain yang ingin kita benci melebihi dari kebencian kita terhadap kesombongan orang lain adalah kesadaran atas kelemahan diri kita. Biasanya kita akan menutupi segala kelemahan kita dengan berbagai macam cara agar hal itu dapat diketahui orang lain.
Bahkan rasul Paulus pun sampai harus diingatkan oleh Tuhan mengenai kelemahannya sendiri. Ia berulang kali ditusuk oleh "duri dalam daging" (II Korintus 12:7). Ia tidak mengatakan duri apa sebenarnya yang menusuk-nusuknya itu, tetapi penulis J.Oswald Sanders mengingatkan kita bahwa "duri tersebut melukai, merendahkan, dan membatasi Paulus". Sebenarnya ia sudah tiga kali meminta kepada Tuhan untuk mengambil duri tersebut, tetapi permohonannya ditolak. Ia kemudian justru menggunakan duri itu untuk bernaung pada kasih karunia Allah. Tuhan berjanji, "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna" (ayat 9).
Dengan berani Paulus mulai "merangkul" kelemahannya dan menguji kasih karunia Tuhan. Itu merupakan sebuah jalan yang disebut Sanders "proses berjalan secara bertahap" dalam kehidupan sang rasul. Ia juga mencatat bahwa akhirnya rasul Paulus tidak lagi menganggap durinya sebagai "kekurangan yang membatasi", tetapi menganggapnya sebagai "keuntungan ilahi". Dan keuntungannya adalah: Ketika dirinya merasa lemah, ia justru kuat di dalam Tuhan.
Kekuatan Allah terlihat paling jelas dalam kelemahan kita.