Ayat Renungan: Mazmur 131:1 – “TUHAN, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong; aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku.”
Di dunia olahraga, kita sering menyaksikan bagaimana seorang atlet menunjukkan kerendahan hati, baik ketika memberi pujian kepada rekan setimnya, merayakan kemenangan dengan sederhana, maupun menerima kekalahan dengan lapang dada. Tindakan-tindakan kecil ini sebenarnya menyimpan pelajaran besar: kerendahan hati bukan hanya soal apa yang tampak di luar, melainkan sikap hati yang sadar bahwa segala kemampuan dan keberhasilan berasal dari Tuhan.
Sikap rendah hati yang ditunjukkan para atlet itu mengingatkan kita pada apa yang Daud katakan dalam Mazmur 131:1. Ia menulis, "Tuhan, aku tidak tinggi hati dan tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar bagiku." Seperti seorang atlet yang tidak mencari sorotan untuk dirinya sendiri, Daud tidak membiarkan ambisi pribadinya menguasai dirinya. Sebaliknya, ia menyadari bahwa hidupnya sepenuhnya ada di bawah kendali Tuhan.
Di dalam Filipi 2: 3, pesan yang sama juga ditekankan oleh Paulus kepada para jemaat. Ia mengingatkan agar mereka tidak menjadi orang-orang yang egois dan haus pujian, sebaliknya Paulus mengajak mereka untuk "rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri.”
Sadar atau tidak sadar, di zaman ini kita bisa melihat orang-orang sedang hidup dalam keegoisannya. Segala sesuatu tentang "aku dan milikku". Banyak yang bahkan melakukan cara-cara yang merugikan orang lain hanya demi mencapai kepentingannya. Lalu bagaimana kita menanggapinya? Sebagai anak-anak terang kita tentu harus berbeda karena melalui kerendahan hati nilai kita menjadi berbeda di mata dunia. Seperti disampaikan oleh Daud di atas, bahwa kita tidak fokus mengejar ambisi pribadi dengan mengorbankan kepentingan orang lain.
Kerendahan hati harus menjadi nilai hidup kita. Dimanapun dan apapun yang Tuhan percayakan untuk kita kerjakan - baik di tempat kerja, lingkungan sosial, market place, ataupun di pelayanan. Mari belajar meminta supaya Tuhan menjaga hati kita agar tetap rendah hati - seperti para atlit yang bersama-sama merayakan kemenangan dan memberikan ruang bagi orang lain untuk bertumbuh.
Dengan menghidupi kerendahan hati, kita sedang melepaskan ego dan mengadopsi pola pikir seorang hamba seperti yang Yesus lakukan.
Action Praktis:
1. Apakah Anda sudah memiliki kerendahan hati terhadap sesama?
2. Bagaimana Anda bisa mengaplikasikan kerendahan hati ini di dalam lingkup kehidupan Anda saat ini?