Menghadapi Badai Kehidupan
Kalangan Sendiri

Menghadapi Badai Kehidupan

Puji Astuti Official Writer
      5319

Yakobus 1:2-4

Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.

Bacaan Alkitab Setahun:Mazmur 138; 2 Korintus 11; 2 Samuel 3-4

Beberapa badai dalam kehidupan kita bukanlah hasil dari ketidaktaatan kita, namun terkadang karena ketaatan kita kepada-Nya. Sebagai contoh adalah Ayub. Apa kesalahan Ayub sebelum bencana menimpa kehidupannya? Tidak ada. Bahkan dikatakan dia adalah seorang yang saleh sehingga Tuhan membanggakannya dihadapan malaikan dan setan: “"Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorangpun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan." (Ayub 1:8).

Setelah itu serangan terhadap Ayub dimulai. Hal ini diijinkan Tuhan untuk membawa sebuah perubahan hidup. Jadi Ayub mengalami badai kehidupan yang sempurna. Yakobus menasehatkan, “Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.” Akhir dari semua kejadian itu adalah membuat kita menjadi semakin seperti Kristus.

Kita mungkin berpikir jika hal buruk terjadi, hal itu selalu akan diubahkan untuk mendatangkan kebaikan, seperti yang dikatakan oleh Roma 8:28, tetapi terkadang hal buruk tetap menjadi hal buruk. Mari kita ingat apa yang dikatakan di Roma 8:29, “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.”

Tujuan akhir Tuhan bukanlah membuat kita senang, tapi membuat kita menjadi kudus. Dan jika kita menjadi pribadi yang kudus, kita akan bahagia, secara sempurna. Proses kehidupan yang Tuhan ijinkan bukanlah tetang kebahagiaan, tetapi tentang menjadi seperti Yesus Kristus. Mari kita sikapi setiap kejadian dalam hidup kita dengan benar, karena sikap dan respon kita akan menentukan apakah kita keluar menjadi pemenang atau tidak.

Proses kehidupan ini bukan tentang membuat kita senang, tapi Tuhan ingin kita menjadi pribadi yang kudus.

Ikuti Kami