Angelo, empat tahun, bangun dan mendapati anak anjing pemburunya yang baru telah mengunyah gitar plastiknya. Bocah ini sangat sedih. Ibunya pun gusar sehingga menghardik suaminya, Tony, saat akan ke kantor.
Masih merasa gusar dengan perlakuan istrinya yang tidak menyenangkan tadi, Tony pun memberi perintah-perintah yang dingin dan tidak masuk akal kepada sekretarisnya. Suasana hati sang sekretaris menjadi tidak enak, dan saat istirahat minum kopi ia mendamprat rekannya sesama sekretaris. Di akhir jam kantor, sekretaris yang kedua menghadap atasannya dan siap mengundurkan diri.
Satu setengah jam kemudian, setelah berjuang di tengah kepadatan lalu lintas, sang atasan masuk rumah. Lalu ia menumpahkan kemarahan kepada si kecil Nelson yang meninggalkan sepedanya di pelataran garasi. Nelson masuk ke kamarnya, membanting pintu, dan menendang anjing Scottish terrier-nya.
Di mana akhir semuanya ini? Tiap orang berpikir bahwa ia mempunyai alasan untuk marah. Padahal, dalam situasi khayalan ini yang dibutuhkan adalah seseorang yang menyerap perlakuan tidak adil itu dan tidak meneruskannya kepada orang lain.
Di sinilah orang kristiani memiliki kesempatan yang unik. Dengan mengetahui kehendak Bapa, memerhatikan teladan Sang Putra, dan bersandar pada pertolongan Roh Kudus, kita dapat menanggung perlakuan buruk serta menunjukkan sikap lebih baik kepada orang lain. Dalam reaksi berantai karena frustrasi dan marah seperti di atas, kita dapat menjadi orang terakhir dan tidak meneruskannya.
Tatkala hati anda dilukai, jangan menuruti emosi. Lakukan tindakan rohani!
Demi kenyamanan Anda selama mengakses Jawaban.com, kami menggunakan cookie untuk memastikan situs web kami berfungsi dengan lancar serta memberikan konten dan fitur yang relevan untuk Anda, dan meningkatkan pengalaman Anda di situs web kami. Data Anda tidak akan pernah diperjualbelikan atau digunakan untuk keperluan pemasaran. Anda dapat memilih untuk Setuju atau Batalkan terhadap penggunaan cookie dalam situs web ini. Learn more