2 Timotius 3:2 Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orangtua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama.
Sibuk, satu kata ini seringkali menjadi pertanda bahwa pekerjaan sedang menumpuk, atau bisa juga sebagai pertanda bahwa kita sedang tidak ingin diganggu. Sibuk menjadi kata yang akrab menemani perjalanan hidup kita di masa sekarang.
Hampir di setiap tempat, kita dapat menemukan sosok yang harus berjibaku dengan waktu. Yang kemudian menyebabkan orang tidak lagi memiliki waktu untuk diri sendiri, keluarga, apalagi untuk Tuhan. Waktunya telah habis segunung aktifitas setiap harinya.
Hal yang terlihat sepele ini, ternyata berpengaruh besar dalam kehidupan seseorang. Misal, salah satu konsekuensi yang dirasakan sebagai orangtua yang kehilangan waktu bersama anaknya. Anak kemudian menunjukkan sikap pemberontakan kepada orangtua akibat merasa kurang diperhatikan.
Saat ini sibuk menjadi kata yang semakin populer di masyarakat. Dalam aksara Cina, kata “sibuk” berarti “kematian hati” atau “hati yang mati”. Benar memang, kesibukan cenderung membuat orang “mati rasa”. Dia mencuri dan merampas hal yang berharga dalam hidup kita, yakni kepekaan. Orang yang sibuk bisa kehilangan kepekaan terhadap Tuhan dan sesama. Lebih parah lagi, orang yang sibuk lama-kelamaan bisa menjadi egois dan tidak lagi peduli pada manusia di luar dirinya.
Rasul Paulus mengingatkan anak didiknya, Timotius yang masih muda. Paulus membukakan tentang kondisi manusia akhir zaman kepada Timotius. Kondisi di mana manusia akan “mencintai dirinya sendiri [egois], menjadi hamba uang, membual, menyombongkan diri, menjadi pemfitnah, berontak terhadap orangtua, tidak tahu berterima kasih, dan tidak memedulikan agama” (2 Timotius 3:2). Sebagai anak Tuhan, mari kita latih kepekaan rohani dalam mencermati tanda zaman, agar tidak terjebak dalam kematian hati.
Berhati-hatilah saat kita mulai mengklaim diri sibuk. Dalam kesibukan-Nya, Yesus masih bisa berdoa.
Demi kenyamanan Anda selama mengakses Jawaban.com, kami menggunakan cookie untuk memastikan situs web kami berfungsi dengan lancar serta memberikan konten dan fitur yang relevan untuk Anda, dan meningkatkan pengalaman Anda di situs web kami. Data Anda tidak akan pernah diperjualbelikan atau digunakan untuk keperluan pemasaran. Anda dapat memilih untuk Setuju atau Batalkan terhadap penggunaan cookie dalam situs web ini. Learn more