Menjadi Seperti yang Tuhan Ajarkan
Kalangan Sendiri

Menjadi Seperti yang Tuhan Ajarkan

Yenny Budhihartono Contributor
      2603

Matius 6:1

“Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga.”

 

Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 45; Kisah Para Rasul 17; Keluaran 39-40

Tuhan tidak pernah menghendaki kita untuk menjadi seseorang yang berbeda dengan apa yang ada di hati, apa yang dikatakan oleh mulut atau terlihat serta yang kita perbuat. Tuhan tidak menghendaki kita menjadi orang yang munafik.

Kata munafik dalam bahasa Inggris disebut dengan hypocrite. Kata ini awalnya ditujukan kepada seorang aktor yang memainkan beberapa peran dalam satu waktu yang bersamaan. Biasanya dia akan memakai berbagai topeng untuk memerankan beberapa adegan. Dalam Alkitab terjemahan yang lain, istilah munafik artinya adalah “orang yang mulutnya lurus tapi hatinya bengkok,” sedangkan di dalam terjemahan lain “munafik” artinya “bermuka atau berkepala dua”.

Lebih lanjut lagi kita bisa menemukan arti munafik di kitab Perjanjian Baru. Di sana kita menemukan makna kata ‘munafik’ mengacu kepada pendapat Tuhan Yesus mengenai para ahli Taurat dan Farisi, golongan berpendidikan yang tahu banyak soal hukum dan perintah Tuhan. Namun pada prakteknya, cara hidup mereka terlihat sangat berbeda dengan perintah Tuhan yang sebenarnya. Inilah yang diingatkan di Matius 6: 1, “Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga.”

Bayangkan betapa sia-sianya melakukan kewajiban agama jika pada akhirnya kita tidak akan memperoleh apa-apa. Di 2 Korintus 6:6, rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat Korintus, menyampaikan cara hidup pelayan Tuhan yang bertolak belakang dengan para ahli Taurat dan orang farisi, yaitu hidup dalam kasih yang murni. “Dalam kemurnian hati, pengetahuan, kesabaran, dan kemurahan hati; dalam Roh Kudus dan kasih yang tidak munafik.”

Melalui ayat ini, ia menegaskan bahwa kita bisa merasakan kasih yang tulus dan murni dari seseorang melalui tindakan dan cara hidupnya. Sebagai manusia, kita bisa saja bersikap munafik karena kita ingin terlihat baik di depan orang lain. Tetapi hari ini kita belajar bahwa Tuhan mau kita hidup dengan kasih yang murni, sama seperti Dia.

Hari ini, kita perlu menjaga sikap kita agar sesuai dengan prinsip-prinsip yang diajarkan oleh firman Tuhan. Bukan supaya kita terlihat baik, tetapi karena kita mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama.

Matius 22:37-39 “Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.””

Mengasihi Tuhan adalah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri.

Tuhan Yesus memberkati.

Ikuti Kami