Amsal 28:18
“Siapa berlaku tidak bercela akan diselamatkan, tetapi siapa berliku-liku jalannya akan jatuh ke dalam lobang.”
Bacaan setahun : Mazmur 119:1-88; 1 Yohanes 3; Yehezkiel 44-45
Seringkali sebagai warga negara Indonesia, saya merasa sangat kesal saat menyaksikan berita tentang adanya pejabat yang mencuri uang rakyat. Alih-alih merasa malu, mereka dengan santainya bisa tersenyum dan melambaikan tangan kearah kamera. Saya sering berpikir, bagaimana perasaan mereka sebenarnya. Apakah mereka sama sekali tidak merasa malu? Dimana hati nurani dan empati mereka?
Saat mereka bergelimang harta, disaat yang sama ada masyarakat yang mengalami kesulitan. Bukan hanya untuk menyekolahkan anak, tapi untuk tempat tinggal, makanan dan bagaimana bisa hidup esok hari. Hanya karena haus akan pujian dan penghormatan menjadikan mereka lupa bahwa apa yang dilakukannya sebenarnya membuat banyak orang menjadi susah.
Hari ini kita sama-sama mencoba memahami apakah senyuman, lambaian tangan yang mereka tunjukkan benar-benar berasal dari hati? Karena sebenarnya orang yang berbuat fasik, hidupnya tidak akan tenang. Mereka akan selalu merasa khawatir, takut akan masa depan, dan takut kehilangan segala yang dimiliki. “Siapa berlaku tidak bercela akan diselamatkan, tetapi siapa berliku-liku jalannya akan jatuh ke dalam lobang.” (Amsal 28:18)
Hidup dalam suasana yang tenang, nyaman dan penuh kasih seakan hanya menjadi impian yang tak pernah didapat.
Hal berbeda terjadi saat orang percaya mampu menjalani hidup dengan hati nurani yang benar-benar tertuju pada Allah. Ia akan terus menjaga nama baiknya dan memberikan pengaruh positif dimanapun ia berada. Harta, jabatan dan penghormatan yang didapat hanya menjadi hadiah yang mengikuti, karena ketaatan mengikuti arahan Kristus.
Saat menjalani hidup kita akan selalu memiliki dua pilihan. Sebagai orang percaya, tetaplah memilih hidup kudus dan tak bercela dihadapan Allah. Bawa pikiran kita untuk melihat segala sesuatu yang berujung pada kekekalan. Karena kebahagiaan tidak bisa diukur dari harta benda yang melimpah, kehormatan dan pengakuan dari sesama. Tapi kebahagiaan sejati hanya didapat saat kita hidup takut akan Tuhan. “Berbahagialah setiap orang yang takut akan Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya.” (Mazmur 128:1)