Efesus 6:4
Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.
Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 127; 1 Korintus 16; 1 Samuel 20-21
Belakangan ini, peran keluarga tidak berfungsi dengan semestinya. Ironisnya, hal ini menjadi bagian dan berkembang di masyarakat kita. Dalam keluarga disfungsional, wewenang antara orang tua dan anak menjadi tidak jelas sehingga sulit untuk mendeteksi siapa yang seharusnya bertanggung jawab atas suatu hal.
Dalam kasus keluarga disfungsional, beberapa orang tua mencoba menjalani hidup mereka melalui anak-anak. Misalnya beberapa ayah menekan anak laki-laki mereka untuk berprestasi dalam olahraga karena mereka tidak pernah berhasil.
Selain itu, tidak jarang orang tua saling menyalahkan satu sama lain atas masalah pengasuhan yang mereka hadapi. Pola asuh permisif maupun lalai sering terjadi dalam keluarga disfungsional.
Beberapa keluarga lainnya menerapkan otoritas atas anak-anak mereka. Batasan yang ada dalam keluarga ini membuat hubungan keluarga menjadi kaku dan minimnya komunikasi mengakibatkan keluarga ini tidak memiliki ikatan yang kuat satu sama lain. Dalam pola keluarga ini, biasanya anak-anak berharap cepat dewasa agar mereka dapat meninggalkan ‘sistem’ ini.
Orang tua tidak boleh memprovokasi anak-anak dan menempatkan harapan yang tidak adil atau mengontrol mereka dan mengabaikan membangun hubungan yang penuh kasih dan perhatian. Orang tua harus mendisiplin dalam kasih dan mengajar anak-anak dalam jalan Tuhan.
Hak cipta oleh Living Free Every Day, diambil dari renungan Crosswalk.