Yesaya 57: 15
…. Aku bersemayam di tempat tinggi dan di tempat kudus tetapi juga bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati, untuk menghidupkan semangat orang-orang yang rendah hati dan untuk menghidupkan hati orang-orang yang remuk…
Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 18; Efesus 1; Pengkhotbah 1-2
Waktu aku berpikir tentang kebangunan rohani, di pikiranku itu artinya seorang penginjil keliling yang datang ke kota, mendirikan tenda besar, menutupi tanah dengan serbuk gergaji dan memasang Pamflet di tiang telepon.
Kebanyakan kebangunan rohani jadi sebuah acara tradisi yang berlaku di zaman dulu dan tak lagi biasa di zaman sekarang.
Kebangunan rohani pindah ke gedung-gedung gereja dan selama beberapa minggu orang-orang akan menerima pesan injil yang baru dan kesempatan untuk memperbaharui iman dan sukacita mereka ke Tuhan.
Dari dua minggu menjadi satu minggu sampai akhirnya, kebangunan rohani gereja diadakan dari Minggu hingga Rabu saja. Di beberapa gereja, kebangunan rohani jadi ledakan kehidupan yang singkat dalam rangkaian ibadah rutin yang bisa diprediksi.
Anak-anak muda haus akan kebangkitan rohani, realitas injil, tetapi saat mereka tidak menemukannya, mereka kehilangan minat sama sekali.
Beberapa orang berkata kebangunan rohani sudah mati karena kurang peminat. Aku harap itu tidak benar, karena kita butuh kebangunan rohani lebih dari apapun. Kita perlu merebut kembali kasih mula-mula kita, kembali kepada Tuhan yang berkuasa dan berdaulat, kasih Tuhan yang mengubah hidup dan menyembuhkan orang yang patah hati.
Tapi ada satu pertanyaan yang selalu muncul. Apakah kita bisa dihidupkan kembali? Bisakah? Kalau begitu, lalu bagaimana hal itu terjadi? Apa yang harus kita lakukan? Pertama, kita harus memahami bahwa kebangunan rohani dimulai dari kita, sebagai individu.
Baca Juga: Jika Mata Jahat, Gelaplah Seluruh Tubuh
Kebangunan rohani terbesar dimulai dengan satu orang berlutut dan berdoa kepada Tuhan untuk menjadikan kebangunan rohani sebagai tindakan yang berdaulat.
“Jika aku berada dalam kesesakan, Engkau mempertahankan hidupku; terhadap amarah musuhku Engkau mengulurkan tangan-Mu, dan tangan kanan-Mu menyelamatkan aku.” (Mazmur 138: 7)
Dari ayat ini dan sebagian besar isi Alkitab, kita tahu kalau Tuhan rindu supaya kita dekat dengan-Nya dan memiliki persekutuan yang murni bersama. Tak peduli apa yang sudah kita lakukan atau seberapa jauh kita sudah menyimpang dari Dia, tangan-Nya yang penuh kasih terulur kepada anak-anakNya.
Waktu hubungan kita benar, ada begitu banyak kedamaian yang membanjiri jiwa kita sehingga kita perlu bertanya kepada diri kita sendiri, kenapa? Kenapa kita tersesat dan membiarkan diri kita menjadi dingin dan jauh dari Tuhan.
Dunia dosa yang dingin dan acuh tak acuh akan menyeret kita jika kita membiarkannya, tapi apakah itu sepadan? Tidak. Hubungan dengan Bapa kita yang terkasih tidak ternilai harganya dan harus jadi prioritas utama kita. Tapi kita menerima Dia begitu saja karena Dia selalu ada.
Ini waktunya kita kembali kepada Tuhan, bertobat dan meminta kebangunan rohani untuk keluarga kita, bangsa kita dan diri kita sendiri. Tapi pertanyaannya tetap, apakah kita bisa dihidupkan kembali? Pertanyaan yang sama ditanyakan dalam Alkitab seperti yang ditulis Pemazmur.
“Apakah Engkau tidak mau menghidupkan kami kembali, sehingga umat-Mu bersukacita karena Engkau?” (Mazmur 85: 6)
Baca Juga: Iman Bekerja Ketika Logika Gagal
Ya, kita bisa dihidupkan kembali. Tuhan akan menghembuskan kehidupan yang baru ke dalam diri kita saat kita memintanya. Adalah kehendak-Nya untuk mengampuni kita, memberkati dan menyambut kita kembali kepada kasih mula-mulanya. Dia tak hanya akan membawa kita kembali ke tempat kita sebelumnya, tapi Dia akan membawa kita ke tempat baru di dalam Dia.
“Sebab beginilah firman Yang Mahatinggi dan Yang Mahamulia, yang bersemayam untuk selamanya dan Yang Mahakudus nama-Nya: "Aku bersemayam di tempat tinggi dan di tempat kudus tetapi juga bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati, untuk menghidupkan semangat orang-orang yang rendah hati dan untuk menghidupkan hati orang-orang yang remuk.” (Yesaya 57: 15)
Berdoalah untuk kebangkitan. Sejarah menunjukkan bahwa Tuhan sudah mengirimkan kebangunan rohani ke negara-negara di masa-masa krisis nasional, perang dan tekanan ekonomi. Dengan itu Tuhan mau mereka setia kepada-Nya dan membuktikan Dia berkuasa dan benar-benar berperang dalam pertempuran mereka.
Jadi waktu kita dihidupkan kembali, berdoalah untuk kebangkitan seolah-olah semua itu terjadi tergantung pada kita.
Hak cipta Gene Markland, disadur dari CBN
Kamu diberkati dengan renungan harian kami? Mari dukung kami untuk terus memberkati lebih banyak orang melalui konten-konten terbaik di website ini.
Yuk bergabung jadi mitra Jawaban.com hari ini.