Sudahkah Anda Memberkati Orang Lain?
Kalangan Sendiri

Sudahkah Anda Memberkati Orang Lain?

Lori Official Writer
      5786

1 Yohanes 4: 11

Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi

 

Bacaan Alkitab Setahun: [kitab]Mazmu145[/kitab]; [kitab]Wahyu1[/kitab]; [kitab]Zakha11-12[/kitab]

Seperti setiap tahunnya, setiap kali akan memasuki penghujung tahun kita akan merayakan ‘hari ucapan syukur’ atau disebut dengan Thanksgiving. Hal ini kita lakukan sebagai bentuk ucapan syukur kita akan berkat dan anugerah Tuhan dalam hidup kita sepanjang tahun.

Saya mau bercerita sedikit soal ini, dimana beberapa tahun lalu kami pindah ke kota kecil tempat suami saya ditugaskan untuk melayani. Sementara kami beres-beres di suatu hari, telepon berdering. Seorang wanita dari sekolah setempat mengatakan nama saya sudah diserahkan sebagai kemungkinan mentor. Saya jawab bahwa saya pikir-pikir dulu soal hal itu dan akan meneleponnya kembali.

Saya mulai memikirkan berbagai alasan, tapi sebuah pemikiran terlitas di benak saya. “Connie, apakah kamu ingat semua orang yang sudah menghabiskan waktunya untuk memberkati hidupmu selama bertahun-tahun?” Saya tahu pikiran ini berasal dari Tuhan, pastinya bukan dari diri sendiri. Karena saya terlalu sibuk dengan keegoisan saya saja.

Wajah keluarga, teman-teman, guru dan rekan kerja terlintas di benak saya. Mereka sudah berkorban banyak untuk menolong seorang gadis pemalu menemukan jalannya. Saya bersyukur untuk itu. Bisakah saya melakukan sedikit hal untuk orang lain? Saya masih ragu, tapi saya segera menghubungi sekolah dan mengkonfirmasi tawaran mereka.

Saya menjadi mentor untuk seorang anak bernama Sarah. Saat pertemuan pertama, saya tampak cukup gugup. Lalu saya melontarkan beberapa pertanyaan pada Sarah. “Ceritakan tentang keluargamu.” Tak ada respon. “Apa mata pelajaran favoritmu? Apakah kamu punya makanan favorit?” Dan saya tetap tidak mendapatkan respon.

Selama seminggu kemudian, saya berdoa supaya anak kecil yang sedang berhadapan dengan saya mau berbicara. Lalu di minggu berikutnya saya kembali mengajukan pertanyaan. Dia tetap duduk dalam diam. Namun, satu minggu kemudian sesuatu terjadi. Saya kembali mengajukan pertanyaan. Lalu dia mulai menatap saya dan berkata, “Kau terlalu banyak bertanya.”

Saya benar-benar terkejut. Namun sejak saat itu, saya mulai berhenti bertanya dan hanya perlu mendengarkan dia berbicara. Perlahan-lahan, kami pun mulai semakin akrab. Saya melihat perubahan dalam diri Sarah, dimana dia sudah punya keberanian dalam mengekspresikan dirinya.

Pada suatu hari, Sarah mengejutkan saya dengan pertanyaan, “Bisakah saya menghubungi kamu lewat telepon sekali-kali?” Saya senang mengetahui bahwa dia merasa nyaman dengan saya. Dia bahkan mengatakan akan pergi ke gereja di dekat rumahnya.

Setelah itu, saya belum mendengar kabar dari dia dalam beberapa waktu, tapi dia selalu ada di hati dan doa-doa saya. Saya sering merenungkan hal ini, bagaimana jika saya menyia-nyiakan tawaran ini dulu? Saya pasti akan sangat sedih karena saya hanya berfokus kepada agenda saya sendiri.

Filipi 2: 3-4 mengingatkan agar kita jangan menjadi orang-orang yang egois, tetapi juga harus memikirkan kepentingan orang lain. Apakah Anda sudah diberkati lewat orang lain? Jika Ya, sudah waktunya untuk menjadi berkat bagi orang lain! – Connie Coppings/cbn.com

 

Marilah kita menjadi orang-orang yang diberkati untuk kembali memberkati orang lain

Ikuti Kami