Matius 16: 2
Tetapi jawab Yesus: Pada petang hari karena langit merah, kamu berkata: Hari akan cerah
Bacaan Alkitab Setahun: [kitab]Mazmu119:89-150[/kitab]; [kitab]IYoha4[/kitab]; [kitab]Yehez46-47[/kitab]
Cuaca seperti apakah besok? Bagaimana dengan tiga atau lima hari yang akan datang? Apakah kita akan dapat menikmati pernikahan di taman? Bagaimana dengan berkemah di akhir pekan depan? Apakah itu menjadi ‘pengalaman akhir pekan duduk di tenda yang bocor’ atau akan menjadi akhir pekan yang menyenangkan yaitu mendaki dan mengamati burung-burung?
Manusia jaman ini mengandalkan banyak metode untuk meramalkan cuaca. Matius 16: 2-3, Yesus memberi jawab kepada orang Farisi dan Saduki akan metode ‘analog’ yang digunakan untuk mengenali tanda alam. Cuaca cerah biasanya dilanjutkan dengan langit yang merah di sore hari. Pola ramalan ini membuat kita percaya bahwa melihat langit merah sore ini pertanda cuaca cerah keesokan harinya. Metode analog tersebut masih berlaku hingga saat ini. Meski masih banyak faktor lainnya yang kemudian ditemukan sebagai penentu kondisi cuaca keesokan hari, sebab tak ada dua hari yang benar-benar berlangsung dengan kondisi yang persis sama.
Metode lainnya bermunculan, seperti persistensi, gejala, klimatologi, prediksi cuaca numerik (NWP). Metode persistensi menyatakan bahwa cuaca hari ini kemungkinan akan sama keeseokan harinya, kecuali jika angin kencang atau perubahan lainnya. Metode gejala adalah ramalan cuaca yang melihar arah dan kecepatan angin yang menunjukkan bahwa sesuatu yang terjadi 50 km di sebelah barat akan tiba dalam beberapa jam di tempat dimana mereka berada. Sementara metode klimatologi merupakan cara perkiraan cuaca dengan menghitung rata-rata kejadian yang terjadi saat ini dan selama 100 tahun terakhir atau lebih dan menjadikannya menjadi sebuah kelaziman. Metode terakhir adalah NWP yang menggunakan data dari ribuan stasiun cuaca di seluruh dunia dengan menganalisis suhu, kelembapan, angin, tekanan udara, suhu air, arus, awan, dan sebagainya. Data yang dihasilkan berasal dari permukaan dan ketinggian yang berbeda serta kedalaman laut. Hasilnya lalu dimasukkan dalam data komputer dan mengolahnya dengan rumus matematika dan keluarlah ramalan cuaca.
Namun, semua metode ini tetap saja belum diyakini kebenarannya karena berbagai kesalahan dan kelemahan pemahaman matematika. Untuk sejenak waktu kita terlupa dengan keberadaan Allah yang berkuasa atas alam semesta. Kita lupa dengan keajaiban yang dilakukan-Nya saat Nabi Samuel berdoa meminta hujan turun selama panen gandum (1 Samuel 12: 17-18). Padahal berdasarkan metode klimatologi, hujan tak seharusnya turun saat musim panen gandum. Namun keajaiban terjadi ketika Nabi Samuel berdoa agar Tuhan menurunkan guruh dan hujan.
Peristiwa ini tentu saja mengejutkan dan mempermalukan pengetahuan yang dimiliki manusia. Kita diingatkan bahwa Tuhan bisa menurunkan hujan bahkan ketika ramalan cuaca menyebutkan bahwa hari-hari ini adalah musim kemarau yang panjang. Asal kita mau berseru dalam doa, Allah pasti akan bertindak!
Segala kekuatan alam tunduk pada perintah Tuhan, sebab Ia berkuasa atas ciptaan-Nya