Ketahuilah, Allah tidak menolak orang yang saleh, dan Ia tidak memegang tangan orang yang berbuat jahat
Bacaan Alkitab Setahun: [kitab]Mazmu85[/kitab]; [kitab]Lukas6[/kitab]; [kitab]Yerem18-20[/kitab]
Ketika
Anda membaca pandangan Bildad, salah seorang sahabat Ayub, Anda patut bertanya:Apa
yang salah dengan argumen itu? Padahal terdengar benar dan tepat. Ini adalah argumen
yang Anda dengar berulang kali setiap hari. Perkataan Bildad memang benar dan logis
karena didukung pula dengan alasan yang masuk akal, baik dengan membubuhi pengalaman
masa lalu dan dari kesaksian yang ditulis dalam Kitab Suci. Lalu, kenapa hal itu dianggap salah?
Ada
tiga hal yang salah dalam perkataan Bildad. Pertama, ia menjawab perkataan Ayub
tanpa mencoba berpikir tentang dampak yang dihasilkan perkataan tersebut. Mereka
menganggap perkataan Ayub tidak berarti apa-apa tanpa memahami penderitaannya. Ayub
sendiri telah mengakui bahwa dia besar mulut, namun itu akibat dari tekanan dan
rasa sakit yang tak henti-hentinya. Kita yang pernah mengalami rasa sakit pasti
tahu bagaimana rasanya, dan kita menjadi keras dan kasar. Dan karena Ayub mengatakan
hal-hal yang begitu ekstrim, teman-temannya membantah perkataan itu dan mencoba
menganalisisnya. Mereka mencoba menjawab Ayub tanpa berusaha berempati dengan rasa sakit yang dialaminya.
Hal
ini sama seperti kisah sekelompok orang buta dan seekor gajah. Mereka berkumpul
di sekitar hewan besar ini dan dengan hanya merasakannya, mereka mencoba
menggambarkan bentuk gajah itu. Salah satu dari mereka meraih belalainya dan mengatakan
gajah seperti ular. Lainnya, meraba kaki gajah dan menyebutnya seperti sebatang
pohon. Yang lainnya meraba bagian samping gajah dan menyebut gajah seperti tembok,
dan yang lain berkata bahwa ekor gajah seperti tali. Mereka memiliki pendapat yang
beraneka ragam, semuanya benar tetapi juga salah karena mereka tidak melihat keseluruhan dari bentuk gajah.
Kesalahan
Bildad lainnya adalah bahwa mereka tidak pernah meminta petunjuk dari Tuhan untuk
membantu mereka memahami masalah Ayub. Mereka tidak pernah berdoa bersama Ayub.
Mereka tidak pernah bertanya kepada Tuhan untuk membuka pikiran dan menerangi pemahaman mereka. Sehingga mereka bisa menolong Ayub meringankan bebannya.
Padahal
kitab Ayub berisi tentang doa, tetapi hampir semua doa hanya tentang pergumulan
yang dialami Ayub. Sementara teman-temannya merasa tidak perlu mengorek lebih
dalam tentang perasaan Ayub. Inilah yang kerap membuat pendapat atau masukan kita
kepada orang yang sedang dalam masalah menjadi tidak masuk akal dan dianggap seolah
seperti pandangan yang menggurui. Adalah menjadi sebuah kesaksian ketika kita berbagi
dari hati ke hati tentang masalah dan penderitaan hidup yang pernah kita alami sendiri kepada orang lain.
Bila hari ini Anda menghadapi orang-orang yang bermasalah dalam hidupnya, undanglah Tuhan untuk membantu Anda memberi pandangan yang benar dan tepat. Ajak dia untuk meminta kekuatan kepada Tuhan di tengah masa-masa sulit yang dialaminya.
Nasihat yang benar dan disampaikan tepat pada waktunya ibarat titik hujan di tengah musim kering