Aku
mau menceritakan tentang ketetapan Tuhan; Ia berkata kepadaku : AnakKu engkau!
Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini.
( Mazmur 2:7)
Bacaan Alkitab Setahun Mazmur 77 ; Roma 5; Ulangan 1-2
Pestalozzi merupakan anak seorang dokter, namun ayahnya meninggal saat ia masih kecil dan ia hanya diasuh oleh ibunya seorang diri. Tidak adanya sosok pria dalam hidupnya membuat ia tumbuh sebagai anak yang suka berimajinasi. Setelah besar, ia mengikuti kakeknya yang adalah seorang pendeta. Ada keinginan untuk menjadi seorang pendeta, namun ia sadar bahwa panggilannya bukan ke sana.
Ia juga mencoba menjadi pengacara untuk membela rakyat yang tertindas, namun gagal juga. Pada akhirnya, karena begitu cintanya pada orang-orang tertindas, ia mencoba memperkenalkan mereka pada pendidikan. Seluruh hidupnya diabdikan untuk kepentingan masyarakat. Ia mengajarkan mereka tentang Kristus melalui pendidikan, dan ia dicintai oleh banyak orang, termasuk juga anak-anak. Setelah meninggal, seorang pemahat membuatkan patung dengan anak kecil menengadah kepadanya. Hal itu semakin mengundang rasa kagum banyak orang terhadap sosok Pestalozzi.
Namun, beberapa orang yang mengenalnya dengan baik justru merasa kecewa, karena menurut mereka gambaran patung itu tidak sesuai dengan visi dari Pestalozzi sendiri. Sehingga, patung itu dihancurkan dan dibuatkan yang baru di mana anak-anak memandang langsung ke atas, bukan kepada Pestalozzi. Itulah yang menjadi tujuan utama dari perjuangannya untuk menolong orang-orang tertindas. Ia tidak mau mereka menjadikan dirinya sebagai pusat perhatian. Ia ingin agar mereka hanya memandang kepada Tuhan. Ia mengajari mereka dan memperkenalkan mereka tentang Tuhan.
Tujuan utama dari pemberitaan Kabar Baik adalah memperkenalkan Tuhan Yesus kepada semua orang. Membuat mereka memandang kepada Dia yang telah berkorban untuk keselamatan manusia. Kita tidak diberikan amanat untuk memberitakan Kabar Baik dengan tujuan supaya orang memandang kita dan mendewa-dewakan kita. Ketika Paulus dan Barnabas memberitakan keselamatan di Listra, penduduk setempat mengelu-elukan mereka dan menganggap mereka sebagai dewa. Tetapi, Paulus marah dan tidak menerima hal itu, sebab itu bukanlah inti dari pemberitaan mereka.
Inilah yang diharapkan dari kita saat ini, yaitu mengajari jemaat atau orang-orang yang kita layani untuk memandang hanya kepada Tuhan, bukan membuat mereka memandang dan mengagumi diri kita sendiri. Jika kita gagal untuk membuat mereka memandang hanya kepada Tuhan, maka sebenarnya kita telah gagal untuk mengajari mereka tentang Tuhan, yang adalah satu-satunya Pribadi yang harus dikagumi oleh setiap insan. Biarlah pemberitaan kita selalu mengajak orang untuk memandang kepada Tuhan, mengelu-elukan Dia dan kiranya semua puji-pujian itu hanya ditujukan kepada Tuhan.