Jembatan Emily
Kalangan Sendiri

Jembatan Emily

Lori Official Writer
      6256
Show English Version
Ayub 42: 5

Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.


Bacaan Alkitab Setahun : [kitab]Mazmu137[/kitab]; [kitab]Yohan14[/kitab]; [kitab]IITaw36:22-23[/kitab]

Pada tahun 1870, sebuah jembatan sepanjang 1.825 meter berdiri kokoh di atas East River. Jembatan itu menjadi penghubung antara Brooklyn dan Manhattan, dua daerah di wilayah Amerika Serikat. Jembatan itu dikenal saat ini sebagai Brooklyn Bridge, yang berhasil dituntaskan pembangunannya oleh seorang wanita bernama Emily Warren Roebling.

Ya, nama Emily mungkin telah tercatat sebagai salah satu wanita yang menangani proyek sebesar itu. Bukan karena ia ahli sdalam hal arsitektur atau mencintai proyek-proyek raksasa demikian. Namun dibalik semua itu, Emily adalah seorang wanita biasa yang diminta sang suami yang sakit lumpuh, tuli dan sulit berkomunikasi untuk menyelesaikan proyek itu bersama-sama. Saat itulah, sang suami dalam keterbatasannya, mengajarkan berbagai hal mengenai teknik pembangunan.  Emily menjadi asisten utama suaminya.

Mungkin pada saat itu, bisa saja Emily menolak dan tak mau berhubungan dengan proyek yang tak ia mengerti itu. Namun dengan kondisi sang suami yang penuh dengan keterbatasan, Emily belajar untuk mau taat dan berjuang. Melalui masalah itu, Emily bisa menemukan kemampuannya yang tak terduga. Ia pantas berbangga diri karena sebelumnya tak menyangka jembatan raksasa seperti Brooklyn Bridge berdiri atas hasil tangannya.

Situasi demikian pula tak jarang kita hadapi dalam kehidupan kita sehari-hari. Dalam keterbatasan dan ketidakmampuan kita kerap menolak untuk dibentuk. Padahal Tuhan ingin kita menemukan potensi besar yang terkubur di dalam diri kita. Seperti itu pula yang dialami Ayub. Ia harus menghadapi kenyataan bahwa segala yang ia miliki hilang lenyap. Namun, Tuhan menuntun Ayub melewati setiap lembah yang penuh duka dan kepedihan. Dan, ketika semuanya berlalu, Ayub mendapatkan pengalaman berharga. Ia mengalami sendiri penyertaan Tuhan. Katanya, “Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau (Ayub 42: 5). Saat ini, Anda mungkin tengah dalam persoalan hidup yang berat, jangan buru-buru menyerah karena Tuhan tak pernah memberi pencobaan yang melebihi dari kemampuan Anda. Tetaplah berseru dan meminta penyertaan-Nya.

 

Keteguhan iman menentukan sikap hati akan persoalan hidup yang tengah kita alami.

<!--[endif]-->-->

Ikuti Kami