Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 51; Markus 1; Yesaya 53-54
Suatu kali seorang gembala gereja mendekati salah satu jemaatnya yang diketahui sangat setia selama ini beribadah di tempat gembala ini menjalankan pelayanannya. Dalam suasana yang santai, keduanya pun bercakap-cakap. Setelah merasa suasana sudah mencair, gembala ini pun menyatakan maksud sebenarnya kepada jemaatnya ini, yakni meminta kesediaan jemaatnya ini untuk menjadi pelayan di gereja tersebut. Dengan wajah yang tetap sumringah, jemaat ini menyatakan penolakan ajakan gembalanya. “Jangan saya pak pendeta, teman saya saja yang juga setia disini yang pak pendeta untuk jadi pelayan. Dia lebih mempunyai ketrampilan daripada saya. Saya sudah senang kok jadi jemaat biasa saja.”
Dalam kehidupan gereja saat ini kita kerap mendengar jawaban-jawaban seperti salah seorang jemaat diatas. Dibungkus alasan perasaan tidak layak atau kurang pandai, mereka menolak ajakan untuk menjadi pelayan-pelayan Tuhan diatas muka bumi ini. Padahal, bila kita melihat lebih jauh lagi, yang mengajak seseorang untuk menjadi pelayan Tuhan adalah bukanlah manusia semata, tetapi Sang Pemilik pelayanan itu sendiri, yaitu Allah sendiri.
Musa pernah melakukan hal ini saat Dia dipanggil Tuhan untuk memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir. Dengan alasan kurang cakap berbicara, ia menolak undangan Tuhan. Namun, bersyukur karena kita memiliki Allah yang tidak cepat putus asa dan sebagaimana yang kita tahu Musa akhirnya menyerahkan dirinya untuk mengikuti perintah Tuhan.
Setiap kita saat ini memiliki pilihan, apakah mau menyerahkan diri untuk menjadi hamba Tuhan di muka bumi ini atau tidak? Hamba Tuhan bukanlah hanya orang yang pelayanan di dalam sebuah gedung gereja, tetapi dimana kita saat ini berada itulah ladang pelayanan yang Tuhan serahkan untuk kita kerjakan. Terimalah undangan ini karena menjadi pelayan Tuhan adalah anugerah yang tidak semua orang dapat menerimanya.
Tuhan tidak pernah salah mengundang orang untuk menjadi pelayan-Nya di atas muka bumi ini.
Sumber: Jawaban.com