Masa Lalu, Masa Kini, dan Masa Depan
Kalangan Sendiri

Masa Lalu, Masa Kini, dan Masa Depan

Puji Astuti Official Writer
      5718
<!-- p { margin-bottom: 0.08in; } -->

Filipi 3:13-14

Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.

Bacaan Alkitab Setahun : Mazmur 92; Mazmur 114: Mazmur 111, 113

Seorang artis Venesia dari abad ke-16, Titian membuat lukisan yang berjudul “An Alegory of Prudence,” dimana digambarkan kebijaksanaan itu seperti seorang pria dengan tiga kepala. Satu kepala menggambarkan seorang pemuda yang menatap masa depan, yang lainnya adalah seorang pria dewasa yang menatap masa kini, dan satu lagi adalah seorang pria tua yang bijak yang melihat pada masa lalu. Di atas kepala mereka, Titian menulis sebuah kalimat dalam bahasa latin yang artinya kurang lebih seperti ini, “Dari contoh masa lalu, pria masa kini bertindak bijaksana sehingga tidak membahayakan masa depan.”

Kebijaksanaan seperti ini kita butuhkan untuk mengatasi kecemasan yang disebabkan oleh kegagalan di masa lalu. Ketakutan-ketakutan itu malah seringkali membuat kita gagal pada hal yang sama. Kecemasan membuat kita tidak hidup di masa kini, tapi di masa lalu atau masa datang. Kita seharusnya hidup sepenuhnya di masa kini. Masa lalu adalah sebuah bentuk pembelajaran, dan masa mendatang masih dalam rancangan.

Paulus adalah sebuah teladan bagaimana ia bisa melupakan masa lalunya dan mengantisipasi masa depan dengan baik. Ia menghidupi masa kininya dengan sepunuh hati. Hal itu bukan berarti Paulus menghapus ingatannya tentang apa yang telah terjadi; namun itu berarti Paulus telah bebas dari rasa bersalah akan apa yang ia pernah perbuat, karena pengampunan yang ia terima dari Tuhan.

Mari kita teladani sikap Paulus ini. Kegagalan ataupun kemenangan kita di tahun 2010 telah berlalu. Mari lupakan kebanggaan yang kita terima dari kemenangan yang lalu, ada perjuangan baru yang harus kita raih. Demikian juga dengan kegagalan, semua itu telah berlalu. Terimalah kasih karunia Allah yang selalu baru dalam kehidupan kita. Hal itu menjadi bekal yang lebih dari cukup untuk memasuki tahun yang baru. (Dennis J. De Haan/ODB)

Jangan biarkan masa lalu menghantui Anda, ataupun masa depan mencemaskan Anda. Hiduplah di masa kini dalam iman bahwa Tuhan selalu bersama Anda.

Ikuti Kami