Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 34; 2 Tesalonika 1; Yesaya 19-20
Tiga puluh enam tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 24 November 1974, John Scott, seorang pendeta senior dari Inggris, mengakhiri khotbahnya dengan bercerita tentang gereja impiannya. Di hadapan para jemaat yang hadir, ia mengatakan bahwa gereja yang diimpikannya adalah gereja yang memelihara, yang anggotanya beragam latar belakang, memiliki persekutuan yang hangat dan terhindar dari sikap egois, yang anggotanya saling mengasihi dengan tulus, dan juga yang mau membantu orang lain.
Mimpi John Scott ini sungguhlah indah dan penting karena memang itulah salah satu tugas gereja, yaitu menjadi “wadah” para warganya untuk bertumbuh dalam iman, dan berbuah dalam sikap hidup sehari-hari, sehingga dunia dapat merasakan kehadirannya. Masalahnya, kita kerap menganggap itu hanyalah tugas gereja sebagai institusi, dan bukan tugas kita secara pribadi. Padahal gereja adalah orang-orangnya, Anda dan saya. Orang-orang yang dipanggil dan diselamatkan oleh Kristus.
Biarlah orang lain “melihat” Allah melalui gerejanya (kita). Caranya sangatlah mudah, miliki hidup yang saling mengasihi (I Yohanes 4:7). Bukanlah masalah jika kita hidup dalam keragaman dan perbedaan- suku, bahasa, budaya, talenta, dan status sosial karena masih bisa terekat dalam kebersamaan lewat kehangatan persekutuan, ketulusan untuk saling peduli, tidak menganggap diri lebih penting dari orang lain, dan selalu merasa tidak sempurna tanpa orang lain. Ya, adalah tugas kita untuk membuat orang lain dapat melihat dan merasakan kasih Allah, yakni melalui sikap dan tutur kata kita.
Mengatakan apa yang kita lakukan, memang penting, namun melakukan apa yang kita katakan, itu lebih penting
Sumber: Renungan Harian Edisi Setahun