Kesaksian Sejati

Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 112; 1 Petrus 4; Yehezkiel 28, 30:20-26

Pada suatu kali Yesus berada dalam sebuah kota. Di situ Dia bertemu dengan seorang yang penuh kusta. Kusta adalah kenajisan dan menurut Hukum Taurat harus dikucilkan. Jadi orang yang terkena kusta, bukan hanya dia menderita secara fisik, tapi pada dasarnya hidupnya tidak lagi punya banyak harapan. Karena secara sosial dia terisolasi dan secara agama seolah-olah terbuang juga. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia dan memohon: "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku."

Yesus mengulurkan tanganNya, menjamah orang itu, dan lenyaplah penyakit kustanya. Bukankah itu suatu perkara yang sangat besar dalam hidupnya? Akan tetapi Yesus melarang orang itu memberitahukan kepada siapapun juga dan menasihatkan untuk menunjukkan dirinya kepada imam. Hal itu sebagai bukti bahwa dia kini berhak tinggal di masyarakat untuk memenuhi hukum Taurat, supaya kini dia hidup bersih dan taat, sebagai bukti sejati kepada semua orang bahwa Allah telah menjamah hidupnya.

Adalah baik untuk bersaksi saat Allah menjamah kehidupan fisik kita, saat Allah memberkati keuangan kita, dan sebagainya. Terkadang kita bahkan merasa seperti selebriti rohani, saat dengan bangga kita menyaksikan mukjizat Allah yang spektakuler dalam hidup kita. Tetapi Allah menginginkan lebih jauh lagi, bagiNya kesaksian sejati yang memuliakan namaNya adalah saat kita mengijinkan Allah mengubahkan hidup kita, saat kita taat padaNya.

Yesus tidak mencari popularitas dari kesaksian yang spektakuler, tapi inilah yang Dia cari: kesaksian dari perubahan hidup yang sejati.

Kehidupan yang diubahkan dan ditahirkan adalah kesaksian terbesar bagi semua.

Related Articles