Bacaan Alkitab Setahun : Mazmur 50; Filipi 1; Yesaya 53-54
Pengampunan bukanlah sebuah teori bagaimana kita bisa hidup bagaimana kita bisa hidup berdamai dengan orang yang menyakiti kita, tetapi merupakan sebuah praktik nyata yang melepaskan rasa sakit dan diganti dengan kasih. Mengampuni memang tidak mudah untuk dilakukan, tetapi saat dilakukan akan memberi kemerdekaan.
Dengan mengampuni kita memerdekakan diri kita sendiri, karena Tuhan Yesus berkata kalau kita tidak mengampuni maka Bapa tidak akan mengampuni kita. Artinya, kalau kita tidak bersedia mengampuni, kita sengaja memilih tinggal di dalam penjara yang bernama dosa kepahitan.
Seorang hamba Tuhan di India bersukacita tatkala pemimpin agama lain datang ke tempat kediamannnya dengan sikap yang bersahabat. Ia menyambut pria yang selama ini memusuhinya dengan hati yang terbuka, apalagi tamunya itu menyatakan kalau dia ingin didoakan. Tamu hamba Tuhan ini menyatakan bahwa ia ingin mereka berdoa di ruang yang tertutup. Beberapa saat kemudian mereka masuk ke ruang doa.
Singkat kisah, hamba Tuhan itu memberi pengarahan bagaimana orang Kristen harus berdoa, kemudian mereka berlutut, menutup mata, dan mulai berdoa. Ketika berdoa, si tamu merogoh kantongnya untuk mengambil sebilah pisau, dan dalam hitungan detik pisau itu sudah dihujamkan ke lambung si hamba Tuhan yang sedang berdoa. Ia menikamnya berkali-kali, dan berkali-kali pula terdengar jeritan histeris dari korban yang ditikam.
Suara jeritan membuat seorang pemuda masuk ke ruang doa dan melihat tubuh yang bergelimang darah tergeletak di depan pembunuhnya. Pemuda yang tak lain adalah anak si hamba Tuhan segera menggedong ayahnya untuk mendapatkan pertolongan. Dalam perjalanan ayahnya berpesan, “Katakan kepada orang itu bahwa dia sudah diampuni. Jagalah ibumu dan teruskan pelayanan ini. Lakukan apa saja kepada banyak orang untuk menunjukkan imanmu kepada Kristus.” Tiga hari kemudian hamba Tuhan itu meninggal.
Seperti perintah ayahnya, pemuda itu mengampuni si pembunuh dan melanjutkan pelayanannya dengan kasih. Pelayanan yang didasari oleh kasih dan pengampunan itu membuat si pemuda menuai puluhan ribu jiwa. Pemuda itu berhasil membuka 100 gereja dan membangun sebuah poliklinik di daerah yang banyak dihuni oleh orang-orang non-Kristiani. Mengampuni adalah sebuah ujian karakter, terutama ketika kita dilukai dalam.
Apabila kita ingin pengampunan Bapa terus berlaku di sepanjang jalan hidup kita, maka kita harus mengampuni orang lain. “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di surga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.” (Matius 6:14-15). Mengampuni sesama berarti memberi diri kita kesempatan untuk diampuni Bapa, kebenaran ini akan memberi kita kekuatan untuk mengampuni orang lain.
Pengampunan yang diberikan Bapa kepada kita harus dinyatakan dengan mengampuni sesama.