Menanti Janji
Kalangan Sendiri

Menanti Janji

Puji Astuti Official Writer
      4552
<!-- p { margin-bottom: 0.08in; } -->

Kejadian 12:2

Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 10; Matius 10; Kejadian 19-20

Menantikan sebuah janji sering diiringi dengan munculnya rasa gelisah. Apa lagi jika prospek yang dihadapi kelihatan bertolak belakang dengan janji tersebut, wajar jika orang yang menjanjikannya menjadi objek keraguan dan pertanyaan kita. Suatu kali, seseorang menjanjikan bantuan dana untuk sebuah kebutuhan pelayanan yang mendesak. Kami harus membayar sewa rumah pelayanan, berikut dengan beberapa renovasi agar atap rumah tidak bocor jika hujan turun. Namun sampai menjelang waktu pembayaran, dana tidak kunjung diberikan. Muncul keraguan, apakah ia masih ingat janji tersebut?

Tuhan menjanjikan kepada Abraham sebuah negeri di tanah Kanaan. Masalahnya negeri itu didiami oleh bangsa Kanaan. Tanah yang akan diberikan kepadanya bukan tanah tak bertuan, tetapi tanah yang didiami orang lain. Keraguan dan kebingungan pasti mengusai hati Abraham. Janji Tuhan tidak sesuai dengan kenyataan yang dihadapinya. Namun kita tahu kemudian hari, keturunan Abraham menjadi bangsa yang besar, dan tanah Kanaan menjadi milik pusaka mereka. Itu terjadi kurang lebih 400 tahun kemudian. Dan, selama masa itu Tuhan tidak melupakan janji-Nya kepada Abraham!

Dalam hidup ini, pengalaman dikecewakan oleh janji manusia tidak perlu membuat kita meragukan janji Tuhan. Bahkan ketika kita lupa, Tuhan tidak akan melupakan janji-Nya. Apa yang dikatakan-Nya pasti akan digenapi. Janji Tuhan sepasti matahari yang terbit di pagi hari. Kita tidak akan kecewa jika berpegang teguh pada janji-Nya. Dia belum pernah mengecewakan, dan Dia tidak akan pernah mengecewakan. (Denni Boy Saragih/www.renunganharian.net)

Percaya pada janji Tuhan adalah hal paling bijaksana yang bisa kita lakukan dalam penantian.

Ikuti Kami