Dimana Hati Kita?
Kalangan Sendiri

Dimana Hati Kita?

Puji Astuti Official Writer
      4038

Matius 6:21

Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 124; 1 Korintus 13; 1 Samuel 14-15

Secara jenaka, seseorang menuliskan bagaimana anak balita “mengklaim” suatu barang: 1. Kalau aku menyukai sesuatu, berarti benda itu punyaku; 2. Kalau sebuah benda kupegang, berarti itu milikku; 3. Kalau aku bisa merebut sesuatu darimu, benda itu jadi punyaku; 4. Kalau aku melihat sesuatu lebih dulu, benda itu jadi milikku; 5. Kalau kamu bermain dengan sesuatu, lalu kamu menaruhnya, benda itu otomatis jadi punyaku; 6. Kalau benda yang kita perebutkan pecah, maka itu jadi milikmu.

Ketamakan sangat serupa dengan nafsu—keinginan besar untuk memiliki sesuatu demi kesenangan pribadi. Serupa gambaran tentang balita di atas, orang tamak hendak memiliki semua yang disukai dan diingininya. Padahal, ketamakan tak pernah dapat dipuaskan. Dan, keinginan yang tak terkendali dapat membahayakan diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Itu sebabnya Amsal 23:2 memperingatkan, ”Taruhlah sebuah pisau pada lehermu, bila besar nafsumu!”

Jadi, bagaimana melawan nafsu tamak ini? Tuhan meminta kita menujukan hati pada harta yang kekal (Matius 6:21). Terlalu memburu harta di bumi hanya akan membuat kita terikat dan diperhamba harta. Menghabiskan waktu dan kesehatan untuk menumpuk harta, yang takkan pernah kita bawa di akhir hayat (ayat 19). Sebaliknya, jika Tuhan menjadi yang terutama, sesungguhnya kita akan hidup lebih tenang. Kita akan bekerja dengan tahu batas waktu—tidak mengorbankan keluarga, bahkan masih punya waktu untuk melakukan pelayanan. Pula, kita bisa bijak menggunakan harta untuk memberkati sesama dan mendukung pekerjaan Tuhan. (Agustina Wijayani/RenunganHarian.net)

Menumpuk harta di dunia terbatas gunanya, menumpuk harta di sorga tak terbatas keuntungannya.

 

Ikuti Kami