Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 9; Matius 9; 2 Raja-Raja 7-8
“Berilah persembahan jika Anda ingin gereja ini tetap berdiri,” Begitulah bunyi kalimat yang ditulis dekat kotak Persembahan di sebuah gereja tua di Eropa. Memprihantikan bukan? Gereja bersejarah ini kekurangan uang karena anggota gerejanya terus berkurang minggu demi minggu. Hanya segelintir orang tua yang masih berbakti di sana. Generasi mudanya telah pergi. Krisis global yang masih terasa hingga saat ini khususnya di negara-negara Eropa membuat orang-orang disana akan berpikir dua kali apabila memberikan persembahan kepada Tuhan.
Pada masa keuangan sedang seret seperti ini adalah wajar jika orang membuat skala prioritas. Yang dianggap penting didahulukan, yang lain terpaksa diabaikan. Begitulah kira-kira juga pemikiran Janda Sarfat saat Nabi Elia meminta dibuatkan roti.
Mulanya ia menolak permintaan sang nabi karena tepung miliknya tinggal segenggam lagi dan itu akan dibuat bagi dirinya dan kedua anaknya. Dalam pandangan Janda Sarfat, inilah prioritas pertama. Namun, Elia memberinya janji ilahi: “jika sang janda berani membalik prioritasnya, yakni mendahulukan pemberian untuk sang hamba Tuhan, tepung itu tak akan habis.” Janji ini tampaknya tak masuk akal, tetapi sang janda mengimani. Mukjizat pun terjadi. Ia bisa memberi, tetapi tetap berkecukupan.
Kisah Alkitab diatas berbicara tentang pemeliharaan Allah. Hidup matinya kita tidak melulu bergantung pada apa yang kita miliki, tetapi pada apa yang Tuhan beri. “Carilah dahulu kerajaan Allah dan kehendak-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Matius 6:33). Jika Tuhan ditempatkan sebagai prioritas pertama, masakan Dia menempatkan kita di tempat terakhir-Nya? Jadi meski zaman ini tampak begitu sulit, jangan sampai kehilangan kemurahan hati.
Jika Tuhan didahulukan, jangan khawatir akan apa yang kita perlukan.
Sumber: Renungan Harian Edisi Tahunan