Kisah Natal
Kalangan Sendiri

Kisah Natal

Admin Spiritual Official Writer
      8236
Filipi 2:7
Melainkan [Yesus] telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.

"Seandainya seorang raja mencintai pelayannya yang miskin," begitulah seorang filsuf Denmark, Soren Kierkegaard (1813-1855), mengawali perumpamaannya. Bagaimana cara sang raja menyatakan cintanya kepada pelayan itu? Mungkin sang pelayan akan menanggapinya karena takut atau terpaksa, padahal sang raja ingin pelayan itu mencintainya dengan tulus.

Maka kemudian sang raja, yang sadar bahwa ia tidak boleh tampil sebagai raja bila tak ingin menghancurkan kebebasan orang yang dikasihinya, memutuskan untuk menjadi orang biasa. Ia meninggalkan takhtanya, melepas jubah kebesarannya, dan memakai pakaian compang camping. Ia bukan hanya menyamar, tetapi benar-benar memiliki identitas baru. Ia sunguh-sungguh menjadi pelayan untuk memikat hati sang pelayan muda yang dicintainya.

Ini layaknya sebuah taruhan. Pelayan itu mungkin akan mencintainya, atau justru menolaknya habis-habisan sehingga ia tak akan mendapatkan cintanya seumur hidup! Namun begitu jugalah pilihan yang diberikan Allah kepada manusia, dan tentu saja, itulah makna perumpamaan di atas.

Tuhan kita merendahkan diri-Nya untuk memenangkan hati kita. "Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri" (Filipi 2:5-7). Inilah kisah Natal itu: Allah berada di palungan; Dia menjelma dalam wujud yang tidak membuat orang takut.

Sekarang pertanyaannya adalah: Akankah kita mengasihi Dia, atau justru menolak-Nya?

Allah tinggal bersama manusia supaya manusia dapat tinggal bersama Allah.

Ikuti Kami