Yohanes 3: 16
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 49; Kisah Para Rasul 21; Imamat 8-9
Kita semua pasti suka dengan kisah cinta yang indah. Bahkan saat karakternya adalah sepasang troll animasi antropomorfik.
Kami tidak hanya menggali daya tariknya. Kami mendengar 40 kisah terbaik selama dua jam atau menonton semua (sembilan episode) tentang kisah cinta, sehingga semangat kami membuat kami tertekan untuk mengerjakan apa yang dilakukan oleh kehidupan atau tim penulis kepada kisah-kisah ini.
Entah itu This is Us atau Gru and Lucy, mereka punya kesamaan yaitu mati bagi dirinya sendiri. Pengorbanan. Dikalahkan.
Paul Miller, penulis A Loving Life percaya bahwa setiap kisah cinta yang indah (atau kisah secara umum) mengikuti pola injil yang menakjubkan. Seperti yang dilakukan oleh Yesus, karakter mengarah ke beberapa bentuk kehilangan atau kematian.
“Saat kita mengarah ke kematian, kita aktif: aktif dalam mencari kerendahan hati, mengambil tempat yang lebih rendah, dalam pelayanan yang tersembunyi dan tanpa pikiran. Ini adalah perjalanan yang Yesus tempuh,” kata Miller.
Dan dalam cerita yang bagus, alur ini diikuti oleh ‘kebangkitan’, sebuah kenyataan yang lebih baik dari sebelumnya. Tapi kebangkitan bukanlah sesuatu yang bisa kita buat. Kita harus menunggunya.
Baca Juga: Kasih yang Memberi Kemenangan Setiap Hari
Mungkin kisah cinta menjadi menarik karena mencerminkan kisah cinta sejati yang sudah diperankan Tuhan: Dia mengejar tanpa henti. Dia menjembatani kesenjangan. Dia memulihkan segala sesuatu yang pernah hilang.
Persis seperti itulah yang Yohanes katakan tentang ujian cinta sejati. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yohanes 3: 16 )
Kadang-kadang kematian terlihat seperti merangkul pasanganmu saat kalian tidur setelah bertengkar. Memaafkan setelah sama-sama diam tanpa alasan. Atau memutuskan untuk menjadikan pasanganmu sebagai prioritas utama daripada apapun yang kalian miliki.
Dalam setiap kisah cinta sejati yang dimainkan di seluruh dunia, setiap perkataan marah yang ditahan atau kemurahan hati untuk membersihkan kaos kaki kotor pasangan, sebenarnya adalah ilustrasi dari bagaimana Tuhan sedang menceritakan kembali kisah cinta-Nya sendiri kepada kita.
Tentu saja itu akan selalu menjadi kisah cinta yang berujung bahagia.
Jadi, jika itu hanyalah kisah cinta yang hanya bisa kita saksikan di layar kaca. Maka kita perlu mewujudkannya di dalam kehidupan nyata kita. Hari ini, mari cintai pasanganmu, sama seperti Kristus mencintaimu tanpa kenal lelah.
Hak cipta Janel Breitenstein, disadur dari Crosswalk.com