Sendengkanlah Telingamu Untuk Mendengar Orang Lain
Kalangan Sendiri

Sendengkanlah Telingamu Untuk Mendengar Orang Lain

Lori Official Writer
      5122

Amsal 18: 13

Jikalau seseorang memberi jawab sebelum mendengar, itulah kebodohan dan kecelaannya.

 

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 118; 1 Yohanes 2; Yehezkiel 42-43

Salah satu masalah manusia adalah kebiasaan kita memperbaiki sesuatu. Waktu kita melihat masalah, kita terdorong untuk ikut campur menyelesaikan masalah itu. 

Tapi tahukah kamu kalau kebiasaan ini rupanya kurang tepat. Tuhan mau kita jadi pendengar lebih dulu sebelum maju menjadi pemecah masalah. Dia mau kita merasakan lebih dulu rasa sakit yang dialami seseorang sebelum kita ikut menjadi penengah atas masalah orang lain.

Amsal 18: 13 berkata bahwa seseorang yang menjawab sebelum mendengar adalah suatu kebodohan. Tampil sebagai ‘pemecah masalah’ tanpa mengetahui lebih dulu duduk persoalan dengan mendengarnya, sama sekali bukanlah bentuk kasih. Setiap orang butuh didengarkan. Mereka juga ingin merasa dicintai dan dipahami.

Ada pemulihan ketika kita berbagi emosi dengan orang lain. Dan telinga kita adalah alat penyembuh yang Tuhan pakai supaya kita lebih dulu menjadi pendengar yang baik, bukan sekadar pemecah masalah yang muncul secara tiba-tiba.

Waktu Yesus mendengar bahwa teman dekatnya Lazarus sakit, Dia justru menunggu selama tiga hari untuk melakukan perjalanan, yang sebenarnya bisa ditempuh kurang dari sehari perjalanan. Saat Yesus tiba, Lazarus sudah meninggal. Saudari-saudarinya, Marta dan Maria, dengan penuh duka menyesalkan keterlambatan Yesus. Karena mereka percaya jika Yesus tiba lebih awal, Lazarus tidak akan mati.

Tindakan Yesus yang menunda kedatangan-Nya mungkin terdengar sangat menjengkelkan. Tapi itu adalah rencana-Nya. Dia melakukan hal itu untuk satu tujuan besar. Dia tidak hanya sekadar menyembuhkan Lazarus. Dia mau membangkitkannya dari kematian  untuk menunjukkan bahwa Yesus adalah Putra Allah. Dia sudah tahu apa yang akan dilakukan bahkan sebelum Lazarus sakit.

“Ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hati-Nya. Ia sangat terharu dan berkata: "Di manakah dia kamu baringkan?" Jawab mereka: “Tuhan, marilah dan lihatlah!”” (Yohanes 11: 33-35)

Yesus bukan tidak peduli dengan kesedihan mereka. Dia bahkan ikut merasakan kehilangan bersama orang-orang yang menangisi kematian Lazarus. Dia ikut merasakan kesedihan itu dan berbagi perasaan yang sama dengan mereka. Rasa empati inilah yang Yesus ingin bagikan, bukan solusinya. 

Kamu mungkin tahu solusi menyelesaikan masalah orang lain. Tapi ada kalanya untuk menahan diri dan hanya bertindak sebagai pendengar yang baik. Yang orang lain butuhkan adalah saat kita menyendengkan telinga untuk mendengar curahan perasaan orang lain. 

Menjadi pendengar yang baik adalah bentuk dari kasih dan kepedulian kita kepada orang lain. Jadi hari ini mari belajar untuk jadi pendengar dan tundalah dirimu untuk selalu tampil sebagai pemecah masalah.

 

Hak cipta Pastor Rick Warren, disadur dari Crosswalk.com

Ikuti Kami