Membaharui Cinta Pertama
Kalangan Sendiri

Membaharui Cinta Pertama

Lori Official Writer
      8302
Show English Version
Wahyu 2: 4

Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula

 

Bacaan Alkitab Setahun: [kitab]Mazmu85[/kitab]; [kitab]0Roma13[/kitab]; [kitab]Ulang17-18[/kitab]

Dari keinginan Tuhan yang besar untuk dicintai oleh umat-Nya, kita telah diberi kehendak bebas untuk memilih kepada siapa kita akan melabuhkan kasih sayang kita. Tuhan, yang menciptakan kita dari kasihNya yang murni, mengetahui jelas bahwa tak semua dari kita akan memilih untuk mencintaiNya.

Bisa dilihat bagaimana menderitanya Tuhan saat menyaksikan anak-anak-Nya lebih memilih untuk terlebih dahulu mencintai orang lain, pemikiran dan harta benda yang bersifat fana.  Padahal betapa besar kasih-Nya terhadap kita dengan meresponi dosa kita dengan berkat dan kasih setia-Nya yang selalu hadir setiap saat.

Harga yang paling mahal dari penebusan dosa kita adalah pengorbanan Anak-nya, Yesus Kristus di kayu salib. Mungkin ada kalanya kita menyesali diri sejenak waktu, lalu kembali lagi memberhalakan banyak hal dalam hidup; mencari kepuasan dan cinta dari ciptaan bukan Sang Pencipta. Itu sebabnya kita perlu membaharui cinta pertama kita, cinta yang ditempatkan hanya pada Tuhan.

Dalam Wahyu 2: 4, jemaat di Efesus pernah ditegur keras soal keadaan ini. “Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula”. Memang jemaat Efesus tidak meninggalkan iman mereka, tetapi cinta mereka terhadap Tuhan telah memudar. Hal inilah menjadi bagian terpenting dari relasi Tuhan dengan umat-Nya. Bagaimana kita telah mengasihi Allah. Sebab perintah yang paling penting seperti apa yang Yesus pesankan adalah, “Kasihilah Tuhan AllahMu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu…(Lukas 1 : 27)”.

Mengasihi Allah adalah prioritas pertama kita. Kasih kita kepada Allah adalah dasar dari segala perjalanan hidup. Seperti tertulis dalam 1 Korintus 13: 1-3, secara singkat mengingatkan tentang pentingnya memiliki kasih saat dalam berbicara dan bertindak. Sebab Allah adalah kasih, dan jikalau kasih itu memudar dari hati kita maka hidup tiada akan berarti. Allah tetap tinggal dihati kita, dan dia ingin mencintai pun dicintai oleh anak-anak-Nya.

Terlalu sering kita mengukur hubungan kita dengan Allah berdasarkan seberapa sering kita pergi ke gereja, berapa banyak perjalanan misi yang kita sudah lakukan, berapa banyak orang yang sudah kita menangkan, berapa besar sumbangan yang diberikan untuk rumah Tuhan.

Namun Tuhan ibarat ayah dalam cerita yang menyambut kembalinya anak bungsunya dengan penuh kerinduan dan merayakan pertemuan itu dengan pesta. Dia adalah gembala yang meninggalkan 99 domba untuk mencari satu domba yang hilang. Dia menunggu dengan sabar setiap hari untuk menunjukkan kedalaman cinta-Nya. Mari kembali mengalami perjumpaan dengan Tuhan dan membiarkan cintaNya memperbaharui cinta pertama yang pernah kita alami bersama-Nya.

 

Mengalami kasih Tuhan adalah awal dan akhir dari segala sesuatu yang kita lakukan sebagai anak-anak-Nya.


Ikuti Kami