Seorang wanita muda menceritakan bahwa ketika dia masih kecil, ayahnya, seorang seniman, sering kali sibuk dengan kuda-kuda, campuran minyak dan melukis di atas kanvasnya yang besar sementara dia duduk di lantai dekatnya sambil bekerja sekeras ayahnya dengan krayon serta buku gambarnya sendiri.
Seringkali, sang ayah meletakkan kuasnya, kemudian merentangkan tangan dan memangkunya. Setelah itu sang ayah melingkarkan jari-jari mungil anaknya pada salah satu kuasnya, dan menuntunnya dengan tangannya yang besar dan kuat. Dengan begitu lembutnya, dia membimbing tangan anaknya yang menggenggam kuas dan mencelupkannya ke dalam palet serta mencampur warna merah coklat terang dengan kuning kecoklatan, dan kemudian menggoreskan cat basah yang mengkilap tersebut pada kanvas yang ada di depan mereka.
Gadis kecil itu memandang dengan penuh keheranan saat mereka, bersama-sama, sedang membuat sesuatu yang indah.
Sang ayah tidak tahu bahwa dia telah memberikan anaknya keahlian yang memberi kepuasan yang luar biasa bagi hidup anak tersebut. Hari ini, Joni Tada - seorang cacat ganda karena kecelakaan ketika menyelam saat remaja - masih tetap melukis, namun kali ini dengan kuas pada mulutnya. Sebagian besar pendapatannya disalurkan bagi pelayanan untuk membantu orang lain. Belas kasihnya, juga merupakan pantulan dari belas kasih yang ditunjukkan kepadanya oleh seorang ayah yang penuh kasih dan kelembutan.
Warisan terbaik yang dapat ditinggalkan seorang ayah kepada anaknya adalah teladan yang baik.