Antara Hi-Tech dan Hi-Touch
Kita sering terpaku pada Hi-Tech, kehebatan teknologi dan inovasi. Namun, kita juga perlu Hi-Touch, sentuhan manusiawi dalam pelayanan gereja. Gadget dan AI memang bisa membantu, tetapi tidak bisa menggantikan kehangatan komunitas.
Seperti yang dikatakan dalam konsep JOMO (Joy of Missing Out), kita perlu merayakan momen-momen ketika kita bisa lepas dari teknologi dan terhubung secara nyata dengan sesama.
Dalam Bilangan dan Ulangan, ada konsep Kota Perlindungan, tempat bagi mereka yang butuh perlindungan dan kesempatan untuk didengar. Gereja juga harus menjadi Kota Perlindungan di era digital ini. Tempat di mana setiap pertanyaan mendapat jawaban, bukan hanya dari AI, tetapi dari komunitas yang peduli dan siap mendengarkan.
Gereja di Era Digital
Bagaimana seharusnya gereja bersikap terhadap AI? Jawabannya bukan menolak atau menerima sepenuhnya, tetapi mengelola dan memanfaatkannya dengan bijak. Teknologi bisa menjadi racun, tetapi juga bisa menjadi obat. Yang terpenting adalah bagaimana kita menggunakannya untuk kemuliaan Tuhan dan pelayanan kepada sesama.
Gereja di era digital harus mampu merangkul perubahan tanpa kehilangan esensi iman. Tidak sekadar menjadi korporat yang mengejar teknologi terbaru, tetapi tetap menjadi komunitas kasih yang memelihara hubungan antar sesama.
Selamat membaca tanda-tanda zaman, dan tetaplah berpegang pada iman!
Sumber : Leo Epafras | Jawaban.com