5. Tradisi yang Berakar Ribuan Tahun
Kebiasaan memberikan jeruk sudah berlangsung sejak ribuan tahun lalu. Tradisi ini menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Tionghoa, yang selalu menghargai simbolisme dalam setiap aspek kehidupan.
Bagaimana Orang Kristen Menyikapinya?
Sebagai orang Kristen, kita tentu menyadari bahwa tradisi memiliki tempat penting dalam budaya, tetapi iman kepada Kristus merupakan fondasi utama hidup kita. Jadi, bagaimana kita menyikapi tradisi seperti memberikan jeruk pada saat Imlek?1. Melihat Makna Positif
Sebagai simbol kebahagiaan, kesehatan, dan kemakmuran, jeruk bisa dimaknai sebagai doa baik bagi sesama.
Memberikan jeruk atau menerimanya dapat menjadi momen untuk menunjukkan kasih kepada orang lain, seperti yang diajarkan Kristus: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Matius 22:39).
2. Fokus pada Sumber Berkat
Meski jeruk dianggap membawa keberuntungan, kita percaya bahwa berkat sejati hanya berasal dari Tuhan.
Dalam Amsal 10:22 tertulis, “Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya.” Tradisi ini bisa menjadi pengingat untuk selalu bersyukur atas berkat yang Tuhan berikan.
3. Menggunakan Tradisi untuk Bersaksi
Memberikan jeruk di Imlek juga bisa menjadi kesempatan untuk bersaksi tentang kasih Kristus. Ketika memberikan jeruk, kita dapat menyampaikan doa atau kata-kata berkat yang menunjukkan iman kita kepada Tuhan.
Tradisi memberikan jeruk saat Imlek memang kaya makna budaya dan simbolisme. Sebagai orang Kristen, kita bisa merayakan tradisi ini dengan cara yang positif, tanpa kehilangan fokus pada Tuhan sebagai sumber berkat.
Dengan sikap yang bijak, tradisi ini bisa menjadi jembatan untuk mempererat hubungan dan menyampaikan kasih Kristus kepada sesama.
Tradisi Imlek bisa menjadi jembatan kasih untuk bersaksi tentang Kristus. Bagikan artikel ini dan jadilah saluran berkat!
Sumber : Berbagai sumber | Jawaban.com