Belajar Mengasihi dari Ketertolakan
Sumber: Jawaban.com

Kata Alkitab / 11 October 2024

Kalangan Sendiri

Belajar Mengasihi dari Ketertolakan

Puji Astuti Official Writer
1725

Ketika seseorang tidak pernah menerima dan mengalami cinta kasih selama tahun-tahun pertama kehidupan mereka, mereka cenderung menjadi curiga dan obsesif. Mereka mengembangkan keterikatan yang tidak sehat (unhealthy attachment) dan itu membuat mereka sulit untuk memiliki hubungan yang baik. 

Kurangnya cinta kasih meninggalkan dampak yang langgeng pada perkembangan manusia. Orang-orang yang tidak pernah mengalami rasa dikasihi lebih sering menolak diri dan mereka banyak berkembang membentuk keperibadian dari kekeurangan kasih ini. Kurangnya cinta kasih, dengan sendirinya, merupakan bentuk pelecehan (abuse). Kekurangan cinta kasih memiliki pengaruh besar pada citra diri (gambar diri / self-image) dan persepsi tentang realitas.  

Konsekuensi kekurangan cinta kasih dapat menentukan arah dan kualitas hidup seseorang. Setiap tahap perkembangan anak adalah refleksi (cerminan) dari efek cinta kasih. Seorang anak yang tidak cukup dicintai cenderung lebih pendek dan lebih ringan. Selain itu, mereka memiliki prestasi akademik yang lebih rendah dan menanggapi hal-hal dengan lebih banyak ketakutan dan agresivitas daripada anak-anak lain. Selama masa remaja, remaja yang tidak mengalami cinta kasih yang memadai lebih bersifat memberontak dan rentan terhadap tekanan teman sebaya. Mereka juga lebih rentan terhadap kecanduan. 

Nasib buruk yang dapat menimpa seorang manusia adalah pada saat ia dilahirkan didunia ini tanpa kasih sayang. Ia akan bertumbuh tanpa memiliki kasih sayang sehingga konsep kasih sayang menjadi asing baginya. Jika ia sejak lahir tidak memiliki kasih sayang bagaimana mungkin ia mengasihi. Seseorang hanya dapat memberikan apa yang dimilikinya. Jika ia tidak memiliki kasih maka ia tidak akan dapat memberikan kasih – inilah kemalangan yang dialami manusia yang terlahir tanpa kasih sayang. 

1 Yohanes 4:19 mengatakan, “Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.”  

Ayat ini secara jelas menunjukkan kepada kita bahwa Allah yang adalah sumber kasih telah terlebih dahulu mengasihi kita melalui orang-orang disekitar kita, pertama-tama melalui orang tua kita, anggota keluarga kita atau dikasihi oleh pihak ketiga seperti orang tua angkat atau pengasuh dalam panti asuhan. 

Artinya, anak yang dilahirkan harus terlebih dahulu menerima kasih sebelum mampu memberikan kasihnya. 

Orang yang bertumbuh dewasa tanpa dikasihi akan mengalami kepincangan hidup. Mereka akan mengalami kesulitan untuk mengetahui siapa jati diri (identitas) mereka, mereka tidak memiliki gambar diri (self-image) yang baik dan harga diri (self-esteem) merekapun tidak akan berkembang dengan baik.  

Akibatnya, mereka mengalami kesulitan menemukan tujuan hidup dan tempat mereka di dunia… Mereka merasa tidak nyaman dan tidak puas. Konsekuensi signifikan lainnya terkait dengan hubungan, baik romantis maupun platonik (hubungan platonik adalah hubungan yang tidak bersifat romantik atau bebas dari hubungan seksual). Singkatnya, kurangnya cinta kasih bisa menghancurkan. 

Baca halaman selanjutnya -->

Peran serta harga diri (self-esteem) dalam kehidupan 

Harga diri yang sehat (healthy self-esteem) memiliki berbagai peranan dalam hidup seseorang dan harga diri merupakan sumber daya psikologis yang penting. Harga diri yang sehat sangat besar pengaruhnya terhadap prestasi dalam kehidupan, sangat bermanfaat dalam menjalin hubungan dengan sesama yang saling bertoleransi dan harga diri juga akan menghasilkan rasa puas atas diri kita sendiri. 

Mempunyai harga diri yang rendah (low self-esteem) dapat menimbulkan depresi dimana mereka akan kehilangan minat terhadap kegiatan-kegiatan yang biasanya diminati karena mereka merasa tidak memiliki potensi dan potensi yang mereka miliki biasanya tidak akan berkembang, dan mereka memiliki kecenderungan untuk jatuh ke dalam toxic relationship atau hubungan yang abusif. 

Sebaliknya self-esteem yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kesombongan dan ketidakmampuan untuk belajar dari kesalahan. Perlu diingat bahwa harga diri (self esteem) yang terlalu tinggi bisa menjadi gejala dari narsisme. 

BACA JUGA : Cara Orang Kristen Memerdekakan Diri dari Toxic Relationship Pernikahan

Ketidakpercayaan 

Orang yang tidak bertumbuh dalam kasih cenderung menghadapi banyak hal dengan rasa takut. Hal ini disebabkan karena salah satu efek dikasihi adalah memberikan rasa nyaman, keamanan serta stabilitas. Sebaliknya juga berlaku, dimana anak yang bertumbuh tanpa cinta kasih akan memiliki perasaan tidak nyaman, cemas (was-was), merasa tidak aman karena tidak ada stabilitas yang memberikan gambaran seakan-akan mereka hidup ditepi jurang yang bisa menyebabkan mereka jatuh setiap saat. 

Anak yang bertumbuh dengan perasaan seperti yang tertulis diatas ini akan memanifestasikan dirinya dalam bentuk mistrust (ketidakpercayaan). Anak tersebut tidak dapat mempercayai diri sendiri dan ia juga tidak dapat mempercayai orang lain. Ia akan selalu curiga terhadap apa pun yang melibatkan cinta kasih karena cinta kasih itu adalah sesuatu yang asing baginya. Sulit untuk memiliki hubungan spontan dengan orang lain, dan hubungan spontan akan menimbulkan rasa tegang.  

Ketidakpercayaan ini cenderung memburuk ketika kasih muncul. Anak yang bertumbuh dewasa tanpa kasih akan meningkatkan kewaspadaan mereka ibarat alarm yang berbunyi ketika mereka mulai memiliki hubungan dekat dengan seseorang, atau ada potensi keintiman. Ada kemungkinan kasih membuat mereka lari, menutup diri, atau menjadi terobsesi dalam ketakutan. 

Baca halaman selanjutnya -->

Idealisasi dan obsesi 

Salah satu efek paling signifikan dari tidak bertumbuhnya (kurangnya) cinta kasih adalah bahwa kekurangan itu akan mengarah pada idealisasi cinta yang tidak disadari dan tidak proporsional. Orang yang bertumbuh tanpa cinta kasih itu mulai memiliki fantasi bahwa cinta memiliki kekuatan untuk menyelamatkannya atau memperbaiki apa yang rusak padanya. Ia juga akan memiliki gagasan bahwa cinta pada akhirnya akan mengambil alih kekurangannya yang ada dan mampu membuat dirinya utuh.  

Juga, orang yang bertumbuh dalam sedikit kasih cenderung memiliki harapan yang tidak realistis tentang apa yang dapat diberikan oleh manusia lain kepada mereka.Jika seseorang belum pernah merasa dicintai, ia mungkin akan bereaksi sedikit berlebihan ketika menemukan cinta dan merasa dicintai ketika ia menjadi dewasa. Ia tidak mengerti apa yang harus dilakukannya dengan cinta yang baru dialaminya itu, ia terhilang tanpa mengetahui harus berbuat apa. Ia mengalami kesulitan untuk mengadakan pendekatan dengan cinta yang asing baginya sehingga ia menjadi terobsesi oleh pengalaman baru ini.  

Yang biasanya terjadi adalah orang yang tidak dicintai akhirnya menjadi terobsesi dengan pasangannya. Mereka mengembangkan keterikatan yang tidak sehat. Seolah-olah mereka ingin orang lain bertanggung jawab atas mereka, itulah yang seharusnya dilakukan ibu atau ayah mereka selama masa kanak-kanak. Akibatnya, mereka bisa sangat menuntut, tidak percaya, dan bahkan mengendalikan pasangan. Cinta menjadi masalah besar bagi mereka. 

Apakah ada jalan keluar? 

Sayangnya, orang yang bertumbuh tanpa cinta kasih cenderung memiliki masalah yang signifikan dengan cinta. Mereka tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang memperkaya hidup mereka. Sebaliknya, cinta itu akan mengisi kehidupan mereka dengan kecemasan. Akibatnya, mereka sering menyabotase hubungan mereka sendiri dengan ketakutan, tuntutan, ketidakpercayaan, dan mengisolasi diri mereka. Dan jika mereka memiliki pengalaman buruk dengan cinta, mereka mungkin mencoba menghindarinya selama sisa hidup mereka. 

Satu-satunya jalan keluar dari situasi yang menyakitkan ini adalah dengan merestrukturisasi kehidupan emosional orang tersebut. Ini sangat sulit dilakukan tanpa bantuan profesional. Prosesnya melibatkan kembali ke tahap-tahap dalam hidup orang tersebut ketika kerusakan itu terjadi. Orang tersebut harus menghadapi trauma masalalunya yang menyakitkan itu dalam kesadaran penuh dan membuang semua sampah dan racun masa lampau ini dengan bantuan profesional. 

Trauma akan selalu ada dengan kapasitasnya tersendiri, tetapi jika orang tersebut belajar untuk mengatasinya, maka akan lebih mudah baginya untuk mengidentifikasikan di mana rasa sakitnya, bagaimana sakitnya, dan apa yang diharapkan dari rasa sakitnya serta bagaimana mengatasinya.  

Kemungkinan memiliki hubungan yang sehat juga akan meningkat secara signifikan. Dengan banyak berlatih mengatasi emosional akibat luka-luka yang ada dan dengan bantuan profesional, luka terbuka itu akhirnya bisa sembuh. Sudah barang tentu Tuhan Sang Penyembuh sangat memegang peranan penting dalam proses penyembuhan ini, karena Ia adalah Sang Sumber Kasih yang tiada pernah berhenti mengalirkan kasih-Nya melalui orang-orang dimana orang yang terluka tersebut berada. Semoga bermanfaat dan boleh menjadi berkat. 

Penulis 

Harry Lee, MD, PsyD, BBS 

Gembala Restoration Christian Church di Los Angeles - California 

www.restoration117.org 

Sumber : Harry Lee, MD, PsyD, BBS
Halaman :
Tampilkan per Halaman

Ikuti Kami