Sekalipun ada pembatasan usia untuk membuat akun sosial media, faktanya hal itu tidak bisa membendung anak-anak untuk membuat akun sosmed ataupun mengakses berbagai konten di sosial media.
Menurut data statistik terbaru, persentase siswa sekolah dasar yang menggunakan media sosial meningkat drastis dari 16,64% pada tahun 2018 menjadi 35,7% pada tahun 2020. Peningkatan ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan orang tua dan pendidik tentang dampak media sosial terhadap perkembangan anak-anak.
Media sosial dapat memberikan beberapa manfaat bagi anak-anak jika digunakan dengan bijak. Misalnya, platform ini dapat menjadi sarana bagi anak-anak untuk mengekspresikan diri, berbagi informasi, dan mengatur tugas-tugas sekolah.
Media sosial juga dapat mendorong kreativitas dan memperluas hubungan pertemanan, tentunya jika semua aktifitas tersebut dalam pengawasan orangtua.
Namun faktanya, penggunaan media sosial oleh anak saat ini sudah berlebihan dan berdampak negatif. Anak-anak yang terlalu banyak menghabiskan waktu di media sosial dan permainan online sering mengalami perubahan perilaku, seperti kurangnya kepekaan sosial dan menurunnya prestasi sekolah.
Laporan firma Researchdata.ai dalam penelitian "State of Mobile 2023" menyebutkan bahwa rata-rata durasi screen time di Indonesia mencapai 5,7 jam per hari, yang berarti hampir setengah hari anak-anak dihabiskan menggunakan gawai.
BACA JUGA: Sosial Media Picu Depresi Remaja, Mengapa?
Dr. Vivek Murthy, pejabat tinggi kesehatan Amerika Serikat, memberikan peringatan bahwa media sosial dapat menjadi ancaman bagi kesehatan mental anak-anak dan remaja.
Menurut Dr. Murthy, "Ada risiko bahwa media sosial dapat membahayakan kesejahteraan psikologis anak-anak kita, menciptakan ketergantungan, dan mengganggu perkembangan mereka."
Dalam wawancara dengan Cahaya Bagi Negeri, Damon Hakim, Pembina Yayasan Tanam Benih dan seorang ayah dari tiga anak, memberikan pandangannya bahwa orangtua adalah pemegang kunci dalam hal ini.
Sumber : Cahaya Bagi Negeri