Bahaya Pornografi dan Penggunaan Teknologi AI: Ancaman yang Menghadang
Sumber: cahaya bagi negeri

News / 24 June 2024

Kalangan Sendiri

Bahaya Pornografi dan Penggunaan Teknologi AI: Ancaman yang Menghadang

Puji Astuti Official Writer
365

Pandangan Ahli: Dampak dan Bahaya Pornografi dengan AI 

Dr. Ir. Jarot Wijanarko, M.Pd., seorang pakar pendidikan, mengingatkan bahwa pornografi memiliki dampak serius pada otak manusia. Menurutnya, "Ketika seseorang terpapar pornografi, hormon dopamin yang terpicu secara terus-menerus dapat merusak prefrontal cortex (PFC) otak, yang berperan dalam pengaturan moral, etika, dan kecerdasan sosial. Kerusakan ini dapat membuat manusia bertindak seperti binatang yang hanya memenuhi kebutuhan dasar tanpa memperhatikan relasi sosial dan moral."  

Kementerian Pendidikan juga telah merilis video edukasi yang menyatakan bahwa kerusakan otak akibat pornografi bisa lebih parah dibandingkan dengan narkoba. Hal ini dikarenakan lima segmen otak dapat terpengaruh, menyebabkan apa yang disebut sebagai "irreversible damage" atau kerusakan yang tidak bisa diperbaiki. Namun, dengan perkembangan ilmu tentang plastisitas otak, masih ada harapan untuk pemulihan meskipun kerusakannya parah. 

Peran Gereja dan Keluarga dalam Menghadapi Ancaman 

Gereja dan keluarga memiliki peran vital dalam mengatasi ancaman pornografi berbasis AI ini. Dr. Jarot menekankan bahwa gereja harus meningkatkan kesadaran dan pendidikan mengenai bahaya pornografi. "Kita harus lebih kreatif dalam menggunakan media sosial dan konten edukasi yang menarik bagi kaum milenial," ujarnya. Ia juga menyarankan agar gereja dan keluarga memfokuskan edukasi pada pentingnya relasi yang sehat dan benar, baik dengan Tuhan maupun sesama  . 

Di sisi lain, keluarga harus menjadi benteng pertama dalam memberikan edukasi seksual yang benar kepada anak-anak. Orang tua perlu aktif dalam membangun relasi yang penuh kasih dan menerima anak-anak mereka. "Kenikmatan tertinggi dalam hidup manusia datang dari relasi yang sehat, bukan dari kepuasan sementara yang ditawarkan oleh pornografi," kata Dr. Jarot. "Jika keluarga mampu menyediakan kenikmatan relasi ini, maka anak-anak tidak akan mencari kenikmatan dari sumber yang merusak seperti pornografi."  

Baca selanjutnya -->

Sumber : Jawaban.com | Puji Astuti
Halaman :
123Tampilkan Semua

Ikuti Kami