Rapat Kabinet Keamanan Israel memanas dan ricuh karena ada perbedaan pendapat atas rencana penanganan wilayah Gaza pasca perang. Sedangkan pertempuran di wilayah Gaza masih terus berlanjut, hari ini merupakan hari ke 91 konflik antara Israel dan Hamas.
Saat ini pihak Israel mencoba merumuskan rencana pengelolaan wilayah Gaza setelah perang berakhir. Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant untuk pertama kalinya mengajukan usulan terbuka untuk hal tersebut, yaitu :
Namun dalam rencana tersebut Gallant tidak melibatkan UNRWA, Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang menurut Israel telah melakukan kerja sama dengan Hamas; Selain itu Menhan Israel tersebut juga tidak memasukkan rencana untuk membawa komunitas Israel ke Jalur Gaza.
BACA JUGA:
Israel Waspada Serangan Balasan Karena Tewasnya Wakil Pemimpin Hamas Saleh al-Arouri
Ini Tanggapan Israel Atas Resolusi PBB Untuk Genjatan Senjata
Tidak adanya rencana membangun pemukiman orang Israel di wilayah Gaza tersebut sepertinya yang membuat anggota kabinet konservatif pendukung Perdana Menteri Benjamin Netanyahu emosi. Mereka adalah kelompok yang menolak pengusiran paksa atas sekitar 9.000 warga Israel dari Jalur Gaza pada 18 tahun lalu. Banyak orang percaya, bahwa jika mereka tidak melakukan penarikan paksa pada waktu itu maka kejadian pada tanggal 7 Oktober 2023 lalu tidak akan terjadi.
Dalam tiga bulan terakhir, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken telah melakukan empat kali kunjungan ke Israel. Diperkirakan hal itu karena Amerika tidak ingin konflik Israel dan Hamas meluas menjadi perang wilayah Timur Tengah.
Senator Amerika Serikat Lindsey Graham dalam pertemuannya pertemuan dengan Netanyahu, mengungkapkan bahwa dia berkomitmen untuk membawa stabilitas bagi Israel. Dalam kunjungan tersebut Graham juga mengunjungi 22 komunitas di dekat Gaza yang diserang oleh kelompok Hamas
"Serangan ini terutama dimotivasi, menurut saya, untuk menghentikan upaya rekonsiliasi antara Arab Saudi dan Israel untuk membangun berdasarkan Perjanjian Abraham," demikian pernyataan Graham yang dikutip oleh CBN.com.
"Kekejaman di sini begitu kuat dan begitu terlihat, sehingga membuat Israel tidak mungkin tidak merespons. Penghancuran Hamas adalah hal yang tidak dapat dinegosiasikan, lakukan apa yang perlu dilakukan, selama yang diperlukan,” demikian tegasnya.
Saat ini IDF terus melakukan serangan terhadap kelompok Hamas, termasuk menghancurkan terowongan-terowongan mereka. Namun mereka juga mengalami kendala, karena ada banyak jebakan di dalam terongan yang ada.
Juru bicara IDF Daniel Hagari mengungkapkan bahwa Amerika dan intelijen internasional mendukung Israel untuk menemukan infrastruktur kelompok Hamas di bawah Rumah Sakit Shifa. Temuan mereka membuktikan bahwa Hamas telah mengeksploitasi rumah sakit untuk melakukan teror dan juga menahan sandera.
Selain itu kelompok Hamas selama ini juga melatih dan mencuci otak anak-anak untuk membenci Yahudi dan Israel. Mereka melatih anak-anak itu untuk menjadi tentara sejak kecil. Di masa liburan musim panas anak-anak kecil itu akan belajar menembak, menghancurkan tank dan menculik prajurit. Bahkan selama kondisi perang ini, Hamas menjadikan anak-anak untuk menjadi pengantar pesan dan amunisi bagi prajuritnya. Hal ini dianggap melanggar hukum internasional, karena memanfaatkan anak-anak menjadi alat perang mereka.
Sumber : CBN News