2 Samuel 6: 6-8
Ketika mereka sampai ke tempat pengirikan Nakhon, maka Uza mengulurkan tangannya kepada tabut Allah itu, lalu memegangnya, karena lembu-lembu itu tergelincir. Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Uza, lalu Allah membunuh dia di sana karena keteledorannya itu; ia mati di sana dekat tabut Allah itu. Daud menjadi marah, karena TUHAN telah menyambar Uza demikian hebatnya; maka tempat itu disebut orang Peres-Uza sampai sekarang.
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 34; Kisah Para Rasul 6; Keluaran 17-18
Daud adalah sosok yang tahu cara berinvestasi di pasar sekuler. Dia memulai hidupnya sebagai seorang gembala. Kemudian menjadi seorang pasukan perang lalu menjadi raja.
Dia tidak pernah kalah dalam pertempuran. Dia mengumpulkan kekayaan dan bertanggung jawab untuk membangun sebuah kerajaan sebagai bentuk penyembahan kepada Allah melalui pembangunan Bait Allah di Yerusalem. Yang kemudian diwariskannya kepada putranya, Salomo.
Daud juga menunjukkan rasa hormatnya kepada Tuhan dengan membawa pulang Tabut Allah dari Balah, Yehuda. Dia bahkan mempersiapkan dirinya untuk menyambut hari yang istimewa tersebut dan menyembah Tuhan selama perjalanan dengan tari-tarian.
Sayangnya, saat Tabut Allah hendak diangkut dengan gerobak yang ditarik oleh lembu, dalam perjalanan terjadi bencana yang tak terduga. Gerobak tersebut hampir jatuh dan membuat Uza, salah satu pasukan istimewa Daud harus meregang nyawa saat hendak menahan gerobak tersebut. Allah sendiri menghabisi nyawanya.
Peristiwa itu membuat Daud begitu terpukul. Dia merasa bahwa dia sudah melakukan hal yang baik. Dia mulai marah kepada Tuhan hingga Dia memilih untuk menunda pemindahan Tabut Allah selama tiga bulan. Sejak saat itu, kepercayaan Daud kepada Tuhan mulai berubah.
Kenapa Daud mengalami hal ini? Bukankah sebagai sosok yang sudah mengenal Tuhan sejak mudanya Daud seharusnya mengasihi Tuhan apapun keadaannya?
Kenyataannya, Daud begitu bersemangat memindahkan Tabut Allah tanpa memiliki pengetahuan soal bagaimana cara memindahkannya. Karena Tabut Allah sebenarnya hanya bisa ditandu oleh para imam. Seandainya Daud lebih dulu berkonsultasi dengan para imam tentang keinginannya untuk membawa pulang Tabut Allah tersebut, dia pasti akan tahu syarat apa saja yang harus dipenuhi untuk dapat memindahkannya.
Jadi pelajaran dari hal ini adalah bahwa pemahaman Daud justru menimbulkan bencana.
Dari kisah ini, kita bisa belajar di masa ini bahwa kehadiran para pemuka atau penetua agama penting untuk memperlengkapi orang-orang kudus untuk pekerjaan pelayanan (Efesus 4: 11). Bukan berarti bahwa orang-orang kudus tidak bertanggung jawab untuk mencari Tuhan. Tapi, Tuhan menginginkan hubungan kerja sama antara pelayanan dan juga para imamnya. Atau dalam kata lain, Tuhan mau setiap pekerjaan selaras dengan kerohanian kita. Dua hal ini harus menjadi satu kesatuan untuk mendatangkan hadirat Tuhan di tengah dunia ini.
Hak cipta Os Hillman, disadur dari Crosswalk.com