Mazmur 112: 9
“Ia membagi-bagikan, ia memberikan kepada orang miskin; kebajikannya tetap untuk selama-lamanya, tanduknya meninggi dalam kemuliaan.”
Bacaan Alkitab: Mazmur 53; Kisah Para Rasul 25; Imamat 16-17
Orang banyak itu mengikut Yesus, Dia naik ke gunung bersama murid-muridNya. Dia tahu apa yang akan Dia lakukan. Dia akan menunjukkan kepada mereka bahwa Dia adalah sumber, pemberi dan inti dari makanan serta berkat, baik secara spiritual maupun fisik. Teolog dan penulis Henri JM Nouwen (1932–1996) menunjukkan bahwa ini adalah kisah tentang rasa syukur.
Pergeseran visi yang radikal ini memandang roti dan ikan sebagai produk langka dari Tuhan yang dibagikan kepada banyak orang dengan perasaan penuh syukur sebagai gerakan dari ketakutan yang berubah menjadi kasih. Ketika kisah ini berakhir dengan mulia bahwa keduabelas murid telah membagikan roti dan ikan kepada ribuan orang lapar menghapus keraguan yang tersisa bahwa rumah Tuhan adalah rumah kelimpahan, bukan kekurangan.
Peristiwa ini sama seperti mukjizat lain yang terdapat dalam kitab Injil, yang pertama tentang siapa itu Yesus. Di sini, Dia adalah Musa baru, Sang Mesias, yang memasok manna di padang gurun. Yohanes membuat hubungan ini menjadi jelas ketika ia melanjutkan untuk menceritakan kisah roti hidup Yesus.
Namun, dalam pengertian orang-orang yang tidak percaya Mesias, kisah memberi makan lima ribu dikenal sebagai penggadaan sumber daya.
Penulis penatalayanan holistik Guy L. Morrill (1873–1966) berpikir bahwa prinsip menggandakan sumber daya tidak terpaku pada mukjizat yang dilakukan Yesus dengan roti dan ikan, namun aktif dalam kehidupan seorang pelayan. Dia berkata, “Uang adalah keajaiban karena uang bertambah saat kamu memberikannya. Ada hukum ilahi sehubungan dengan pemberian kita. Kristus memberi makan ribuan orang dengan roti dan ikan. Ketika seorang janda Sarfat menanggapi permintaan Elia, simpanan makanannya yang sedikit menjadi berlimpah. Mungkin, kamu tidak pernah memikirkan mukjizat uang sebelumnya.”
Pengkhotbah ekspositori Stephen F. Olford (1918–2004) juga menyebut prinsip menggandakan sumber daya sebagai “keajaiban.”
Mukjizat dari memberi adalah menghasilkan sesuatu dari pelayanan memberi. Ketika Tuhan mempercayakan uang kepada umat-Nya, Dia memastikan bahwa mereka memiliki banyak uang untuk diri mereka sendiri dan lebih banyak untuk orang lain.
Jadi, rasul mengutip Mazmur 112: 9 untuk mendukung prinsip ilahi, “Ia membagi-bagikan, ia memberikan kepada orang miskin; kebajikannya tetap untuk selama-lamanya, tanduknya meninggi dalam kemuliaan.”
Ada kehormatan dan penghargaan ketika kita bermurah hati.
Tuhan bukanlah pengutang manusia. Dan kita terpenuhi dalam pengayaan dalam memberi karena Dia memenuhi persyaratan kita, menggandakan sumber daya kita, dan memotivasi tanggung jawab kita.
Tuhan sendiri bertanggung jawab atas melipatgandakan sumber daya ini karena janjinya jelas dan pasti: Dia melipatgandakan benih yang ditabur.
Tuhan, terima kasih atas kelimpahan dan kemurahan hati-Mu kepadaku. Aku berdoa semoga aku dapat melihat-Mu sebagaimana Engkau ada: Tuhan yang senang memberikan hadiah kepada anak-anaknya.
Disadurkan dari crosswalk.com. Hak cipta oleh Zondervan.
Anda butuh didoakan langsung? Klik link dibawah ini untuk terbubung dengan Tim doa kami http://bit.ly/InginDidoakan
Anda butuh konseling? Klik link dibawah ini untuk konseling. http://bit.ly/inginKonseling