Kerelaan Mengikuti Kehendak Allah
Kalangan Sendiri

Kerelaan Mengikuti Kehendak Allah

Lori Official Writer
      3577

Lukas 9: 23

Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.

 

 

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 52; Kisah Para Rasul 24; Imamat 14-15

Di Lukas 9 ayat 23, Yesus menawarkan sesuatu yang menarik jika kita ingin menjadi pengikut-Nya. Dia berkata bahwa seorang murid Kristus harus rela memikul salib setiap hari dan mengikut Dia.

Maksud kata ‘salib’ di sini bukan tentang tindakan memikul salib kayu secara fisik. Tetapi maksud Yesus adalah tentang tindakan mematikan kedagingan atau ego kita setiap hari.

Sebagaimana bentuknya, salib diartikan sebagai hasil persilangan antara kehendak kita dan kehendak Allah sendiri. Saat kehendak kita bersilangan dengan kehendak Allah dan kita memilih melakukan kehendak Allah, maka disitulah salib terjadi.

Ada tiga tindakan yang bisa menghasilkan salib, yaitu:

1. Ketika seseorang berbuat jahat kepada kita dan kita ingin membalas. Tetapi karena kita mengikuti kehendak Allah, kita memilih untuk mengampuni. Tindakan inilah yang menghasilkan salib.

2. Kita berusaha untuk menggapai cita-cita yang sudah terbentang di depan mata, tapi Allah menghendaki kita untuk menyerahkan diri kita sepenuhnya untuk melayani Dia. Lalu kita memutuskan untuk menyerahkan hidup kita sepenuhnya. Di situlah salib terjadi.

3. Saat Allah menghendaki kita melakukan sesuatu yang tidak kita inginkan, tapi kita taat untuk melakukan kehendaknya, disitulah salib terjadi.

Salib bicara tentang penyangkalan diri demi mengikuti kehendak Allah. Hal inilah yang dilakukan oleh Yesus, ketika Dia akan diperhadapkan dengan salib. Tepat di malam sebelum Dia disalibkan, di Taman Getsemani Yesus berdoa kepada Bapa di surga. Beratnya beban penderitaan yang akan Dia tanggung sempat membuat Yesus gentar sebagai reaksi dari kemanusiaan-Nya. Bahkan Yesus mulai tawar menawar dengan Bapa, kata-Nya, “Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku.”

Tapi uniknya, Yesus menutup doa-Nya dengan kalimat penuh dengan penyerahan diri. “Janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.”

Bahkan Yesus menawarkan permintaan yang sama untuk yang kedua kalinya. Kalimat penutupnya tetap sama, ‘Jadilah kehendak-Mu’.

Doa ini berakhir dengan keputusan-Nya untuk menyerahkan diri untuk disalibkan demi menggenapi penebusan atas dosa-dosa kita. Dia mati sebagai korban tebusan bagi banyak orang.

Penyaliban di Golgota tidak akan terjadi kalau Dia tidak mengalami penyaliban di Taman Getsemani lebih dulu. Saat Yesus berdoa, itu adalah puncak dari keputusan-Nya untuk mengikuti kehendak kemanusiaan-Nya atau mengikuti kehendak Allah. Anda tahu apa keputusan Yesus bukan? Dia rela mengikuti kehendak Bapa sekalipun hal itu terlalu berat. 

Penyaliban pertama di Getsemani menghantarkan Yesus kepada penyaliban kedua di Golgota. Artinya, kamu tidak mungkin menanggung penderitaan secara jasmani demi Kristus jika kamu tidak mematikan keinginan daging setiap hari.

Seperti halnya penyaliban Getsemani adalah kunci menuju penyaliban Golgota, maka tindakan mematikan daging setiap hari adalah kunci untuk memampukan kita menanggung penderitaan dan kematian yang sebenarnya.

Hari ini tanyakan kepada dirimu, ‘Sudahkah aku menjadi pengikut Kristus yang hidup hanya untuk mengikuti kehendak Allah?’ Jika kamu benar-benar ingin menjadi murid Kristus yang sejati, matikanlah keinginan dagingmu dan pilihlah untuk mengikuti kehendak Allah. Menyangkal diri dan memikul salib setiap hari.

Ikuti Kami