Masalah Keluarga Picu Kekerasan Pada Anak
Sumber: Buerserberg Pixabay

Parenting / 19 May 2015

Kalangan Sendiri

Masalah Keluarga Picu Kekerasan Pada Anak

Theresia Karo Karo Official Writer
6417
Belakangan masyarakat heboh dengan berita penelantaran anak oleh kedua orang tuanya di Cibubur. Hingga saat ini, pasangan Utomo Purnomo dan Nurindra Sari selaku orang tua dari lima orang anak yang ditelantarkan masih diperiksa di Kepolisian Daerah Metro Jaya bersama pihak terkait.

Dilansir dari Koran Sindo, pengamat sosial budaya dari Universitas Indonesia (UI), Devie Rahmawati mengungkapkan bahwa kasus kekerasan terhadap anak menunjukkan bahwa anak-anak rentan menjadi korban persoalan sosial yang menimpa orang tua.

Masyarakat saat ini tengah mengalami perubahan dalam tata kehidupan sosial. Yakni kehidupan sosial yang cenderung individualistis dan hanya mementingkan materi, sehingga turut menyebabkan perubahan tata cara mendidik anak.

Menurutnya, manusia lebih tertarik dengan segala hal yang berurusan dengan materi dan mengabaikan kehidupan sosial. Jebakan sosial seperti memiliki kendaraan merek tertentu, tinggal di perumahan elite, pantang tidak mengikuti trend gadget, dan lain sebagainya menjadi standard kehidupan masa kini. Dan ketika orang tua terjebak dalam persoalan sosial dan merasa kalah karena tidak bisa mencapai hal ini, maka anak-lah yang menjadi sasaran.

“Tidak ada tempat untuk bersandar, maka anak-anak mereka yang menjadi korban. Karena posisi anak-anak lebih rentan dalam kondisi seperti ini,” ungkap Devie.

Devie mengungkapkan bahwa manusia sekarang terjebak dalam gaya hidupnya sendiri. Saat orang tua kerap berpacu mengumpulkan materi, anak-anak dibiarkan hidup dengan cara sendiri dan lebih mengandalkan asisten rumah tangga. Walaupun memenuhi kebutuhan mereka adalah kewajiban, namun kasih sayang dari orang tua tetap tidak bisa digantikan oleh apapun dan siapapun.

Selain itu, munculnya kasus penelantaran dan kekerasan anak juga dipicu oleh ketidaksiapan mental untuk menjadi orang tua. Menurut psikolog dari UI Dewi Haroen, ketidaksiapan disebabkan pada kondisi masyarakat yang meletakkan materi sebagai tolak ukur kesuksesan.

“Padahal hakikinya tidak perlu semua itu untuk mendidik anak. Harusnya back to nature. Menjadi orang tua itu apa sih?” tegasnya.

Sehingga, saat orang tua depresi dengan kondisi kehidupan sosial saat ini, anak sebagai posisi yang lemah yang terkena imbasnya. “Mental orang tua yang tidak siap menyebabkan banyak terjadi kasus seperti ini. Orang tua mungkin depresi dengan kondisi yang hedon,” ungkap Dewi.

Oleh sebab itu, disarankan bagi para pasangan yang menyiapkan diri menjadi orang tua jangan hanya mementingkan materi, termasuk mental. Menurut Dewi, harusnya ada kursus singkat bagi para orang tua dan calon orang tua untuk mendidik anak. Sehingga anak tidak menjadi ‘sasaran empuk’ saat orang tua terhimpit masalah kehidupan sosial atau ekonomi keluarga.

Sumber : Koran-Sindo/Jawaban.com by tk
Halaman :
1

Ikuti Kami