Kisah Paku dan Pagar
Kalangan Sendiri

Kisah Paku dan Pagar

Theresia Karo Karo Official Writer
      12302
Show English Version

Amsal 29:22

“Si pemarah menimbulkan pertengkaran, dan orang yang lekas gusar banyak pelanggarannya.”

Bacaan Alkitab Setahun:   Mazmur 136; 2 Korintus 9; 1 Tawarikh 8-10

Seorang lelaki memiliki anak dengan kepribadian buruk, dari situ ia memberikan pengajaran dengan memberikan satu kantong paku. Dia memberi tahu anaknya untuk menancapkan satu paku ke pagar, setiap terlibat dalam perselisihan atau saat marah kepada orang lain.

Hari pertama si anak menancapkan 37 paku, jumlahnya sama dengan perselisihan yang dialaminya. Minggu berikutnya dia belajar untuk menahan diri sehingga dapat menurunkan jumlah paku yang ditancapkan. Sampai akhirnya si anak berhasil menahan diri untuk tidak marah sehingga tidak ada lagi paku yang ditancapkan ke pagar.

Selanjutnya, lelaki tersebut menyuruh anaknya untuk mencabut satu paku bila berhasil menahan diri dan amarah. Hal tersebut pun diikutinya dan si anak bisa menahan amarahnya, akhirnya ia mencabut satu persatu paku hingga habis.

Tidak berhenti di situ, lelaki itu melanjutkan dengan menyuruh anaknya melihat kembali pagar tersebut. Walaupun pakunya telah dicabut, masih ada bekas yang tidak akan penah hilang dan pagarnya tidak akan kembali ke bentuk semula.

Anggaplah hati itu pagar dan kemarahan itu paku. Hal ini juga berdampak sama bila kita meluapkan emosi yang tidak terkendali. Kemarahan yang mungkin hanya meledak sesaat, tetapi bagi orang lain hal tersebut akan membekas. Ketika diliputi kemarahan, tanpa sadar kata-kata menyakitkan terlontar dan akan menghujam hati orang lain seperti paku. Kemarahan bisa mencederai orang lain baik secara fisik dan psikis. Itulah sebabnya Alkitab berulang kali menganjurkan kita untuk mengontrol emosi.

 

Berhati-hatilah dengan amarahmu, karena amarahmu bisa menjadi dukamu

 

 

Ikuti Kami