1 Samuel 16:1
Berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Berapa lama lagi engkau berdukacita karena Saul? Bukankah ia telah Kutolak sebagai raja atas Israel? Isilah tabung tandukmu dengan minyak dan pergilah. Aku mengutus engkau kepada Isai, orang Betlehem itu, sebab di antara anak-anaknya telah Kupilih seorang raja bagi-Ku."
Bacaan Alkitab Setahun [kitab]mazmu141[/kitab]; [kitab]yohan18[/kitab]; [kitab]zakha1-3[/kitab]
Ketika Saul menjadi tidak setia kepada Tuhan, posisi dia sebagai raja atas Israel diganti oleh Daud. Nabi Samuel, sebagai orang yang mengurapi Saul, bersedih akan hal ini. Pasalnya, Samuel terlanjur mengasihi Saul dan menganggap dia sebagai jawaban Tuhan untuk masa depan Israel. Allah akhirnya berkata kepada Samuel, “Berapa lama lagi engkau berdukacita karena Saul? Bukankah ia telah Kutolak sebagai raja atas Israel? Isilah tabung tandukmu dengan minyak dan pergilah. Aku mengutus engkau kepada Isai, orang Betlehem itu, sebab di antara anak-anaknya telah Kupilih seorang raja bagi-Ku.” (1 Sam 16:1)
Perkataan “Berapa lama lagi engkau berdukacita?” bukan berarti kita tidak boleh mengungkapkan emosi kita. Namun, Tuhan tidak ingin kita berduka tanpa henti. Hati Samuel jelas merasa terluka akibat perbuatan Saul karena sebelum Saul jatuh dalam dosa, awalnya dia adalah pribadi yang rendah hati. ([kitab]isamu15:17[/kitab])
Dari kedukaan Samuel dan apa yang Tuhan katakan, tampak bahwa Samuel begitu sedih dengan kejadian yang menimpa Saul. Namun Allah ingin Samuel—dan kita semua—mengetahui bahwa rencana-Nya tidak dapat digagalkan oleh pilihan-pilihan yang dibuat manusia. Allah sedang berkata kepada Samuel—dan kepada kita juga, “Hapus air matamu dan berjalanlah terus.”
Mengurung diri dalam masa lalu hanya akan membuat kita tidak dapat melihat masa depan. Jika keadaan mulai menahan kita untuk menjalani masa depan yang Tuhan telah rancangkan, maka ini saatnya bagi kita untuk maju ke depan. Apakah wajar jika kita merasa tersakiti? Ya. Justru jika kita tidak pernah bersedih saat dilukai, maka ada yang salah dengan kita. Namun, itu bukanlah akhir dari segalanya.