Tuhan, Engkau Dimana?
Kalangan Sendiri

Tuhan, Engkau Dimana?

Lestari99 Official Writer
      9317
Wahyu 3:20
Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.

Bacaan Alkitab setahun: [kitab]Mazmu69[/kitab]; [kitab]Ibran3[/kitab]; [kitab]Mikha6-7[/kitab]

Ketika hidup terasa sangat berat, sering kita bertanya, “Tuhan, Engkau dimana?”. Tapi pernahkah Anda berpikir bahwa Tuhan juga mengajukan pertanyaan yang sama, “Di manakah engkau?” ketika kita menghabiskan waktu selama berhari-hari, berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan tanpa mengindahkan keberadaan Tuhan dalam hidup kita?

Saat menghadapi masa-masa sulit, normal bagi kita untuk bertanya, “Tuhan, Engkau di mana?” Dan kita berharap agar Tuhan meresponi seruan kita saat itu juga agar terbebas dari beban yang menyesakkan dada. Padahal yang kita pertanyakan adalah waktunya Tuhan dan kita ingin tahu hasil akhir dari situasi yang kita hadapi dibandingkan resolusi yang akan kita alami akibat situasi tersebut. Pernahkan Anda mempertanyakan seperti apakah Tuhan ketika kita menjauhkan diri dari-Nya?

Ketika Adam dan Hawa melanggar perintah Tuhan, untuk pertama kalinya mereka merasakan ketakutan. Tiba-tiba mereka mengerti konsekuensi dari dosa – terpisah dari Allah. Sebelum melakukan dosa, mereka dengan berani menantikan Tuhan, berhadapan muka dengan muka dengan Allah dan menikmati persekutuan dengan-Nya di taman yang indah, sejuk dan subur yang merupakan rumah mereka. Namun setelah mereka tidak taat, mereka takut akan reaksi Allah dan bersembunyi dari Pencipta mereka. Bahkan sebelum Tuhan bertanya, “Di manakah engkau?” Tuhan sudah tahu bahwa hubungannya dengan Adam dan Hawa telah berubah.

Dalam banyak kesempatan, Tuhan memberikan pertanyaan yang sama kepada saya, “Di manakah engkau?” Pekerjaan kantor menyita perhatian saya. Deadline pekerjaan, internet, jejaring sosial, aktivitas telepon, menonton televisi sungguh menyita dan menghabiskan waktu saya yang berharga. Dan Tuhan menunggu dengan sabar, mengetuk pintu hati saya, menanyakan keberadaan saya dan mengapa saya tidak menghabiskan waktu bersama-Nya.

“Di manakah engkau” adalah sebuah pertanyaan yang bagus. Di manakah saya dalam perjalanan rohani saya? Di manakah saya dalam kehidupan doa saya? Di manakah saya dalam pendalaman Alkitab saya? Di manakah saya dalam menceritakan kebesaran Tuhan kepada orang lain? Terkadang saya bersembunyi karena saya membiarkan dosa-dosa yang tidak diakui menghalangi hubungan saya dengan Tuhan. Di hari yang lain, kemalasan dan ketidakdisiplinan menguasai saya, menjalani hidup dengan pengertian saya sendiri, mencari hikmat di tempat lain, dan mengkuatirkan hal-hal yang mungkin tidak akan pernah terjdi. Namun Tuhan tetap menunggu dengan sabar, merindukan waktu-waktu khusus untuk bersekutu dengan saya.

Terkadang kita lupa bahwa Tuhan menciptakan kita secara khusus untuk memiliki hubungan pribadi dengan-Nya. Semua itu hanya akan terjadi jika kita bersedia. Namun seringkali kita mengabaikan tawaran persahabatan yang intim itu. Tuhan berdiri menunggu kita untuk memberikan hikmat, semangat, rasa aman, dan menolong kita dalam mengatasi masalah dan pergumulan. Tuhan selalu merindukan kita ketika kita jauh. Tapi bukannya mencari dan menyediakan waktu untuk-Nya, kita malah bersembunyi di balik kewajiban, keadaan, kegiatan, maupun kesibukan yang kita ciptakan sendiri karena kita anggap lebih penting.

Tahukah Anda, saat kita terkapar di tempat tidur karena kelelahan, Tuhan masih menunggu dan merasa sedih karena lagi-lagi kita mengabaikan-Nya hari itu. Namun Tuhan dengan lembut akan berkata, “Aku di sini. Di manakah engkau?”

Ikuti Kami