Jurang Dalam Kesalahan

Family / 17 January 2005

Kalangan Sendiri

Jurang Dalam Kesalahan

Admin Spiritual Official Writer
6298

Sumber Kesaksian: Tia

Pada awalnya saya berkenalan dengan seorang pria. Dan setelah tiga bulan saya mengenal dan menjalin hubungan dengan dia, saya tinggal satu rumah dengannya hampir selama satu tahun. Sewaktu saya berada satu rumah, saya melakukan hubungan intim dengannya. Akhirnya saya hamil dengan kandungan berusia 3 bulan.

Tia tidak menyangka keadaan akan menjadi demikian. Dia bingung, apa yang harus ia lakukan?.

Saya bingung, bagaimana jalan keluarnya?. Saya merasa malu pada diri saya sendiri. Saya lalu katakan pada pacar saya. Dia hanya bilang supaya saya besarkan saja kandungan saya itu. Tapi saya bilang bahwa saya mau bukan hanya sekedar membesarkan saja, yang saya inginkan adalah anak saya ini mempunyai status jelas karena saya telah hamil diluar nikah.

Tia dan kekasihnya lalu sepakat untuk menikah. Hal ini disampaikan pada keluarga dekat mereka yang berada di Jakarta yang kemudian menyetujui dan mempersiapkan pernikahan mereka. Pesta pernikahan akan dilangsungkan dengan segera dan diadakan dengan sederhana. Tia menyambut acara itu dengan seadanya namun menyambutnya dengan sukacita dan harapan akan kebahagiaan. Maka tibalah hari yang dinantikan Tia dimana hubungannya dengan kekasih akan menjadi sah sebagai suami istri.

Kita dari rumah kontrakan sedang menuju ke rumah paman dimana di dekat itu ada gereja tempat kami akan diberkati. Waktu itu dia pamit pada saya untuk memanggil seorang temannya dulu. Ternyata pacar saya ini lama tidak muncul, akhirnya saya pergi duluan ke rumah paman.

Ternyata kekasih Tia tidak kunjung muncul.
Saya bilang pada paman supaya menunggu dulu karena pacar saya sedang pergi ke rumah temannya. Tapi setelah kita tunggu seharian penuh dia tidak juga muncul.

Tia harus menelan pil pahit karena ternyata kebahagiaan yang dinantikannya itu tidak terjadi. Sang kekasih tidak datang pada hari yang telah ditentukan. Pada saat itulah Tia merasa putus asa. Kebahagiaan tidak berpihak pada dirinya. Janin yang ada di kandungannya seolah menjadi beban yang begitu berat bagi dirinya.

Perasaan pada saat itu ya pasti sakit, apalagi orang hamil itu biasanya sensitif. Sudah capai, sudah tidak datang.

Seorang temannya mengingat bagaimana putus asanya Tia.
Dia bilang bahwa dia sudah tidak kuat lagi. Dia mengatakan agar janinnya itu dibuang saja. Tapi saya bilang bahwa itu tidak boleh, karena hl itu akan menambah lebih banyak dosa lagi. Saya hanya bisa berdoa bagi dia supaya dia lebih bisa tabah lagi untuk menghadapi hidup ini.

Tia-pun mengerti dan dia bertekad merawat janinnya hingga lahir.
Saya bahkan bertekad untuk membesarkan anak saya itu karena saya juga merasa takut untuk menggugurkannya. Takut kalau saya meninggal atau jika ternyata dia tidak bisa digugurkan, dia dilahirkan dengan cacat.

Namun Tia terus berusaha mencari ayah bayi dalam kandungannya.
Setelah kandungan saya berusia enam bulan saya lalu mencari dia. Perasaan saya sedih karena kandungan saya sudah mau lahir tapi dia kok tidak muncul-muncul. Tiap malam saya menangis sementara kandungan saya telah semakin besar. Saya sudah semakin bingung.

Hingga pada suatu hari Tia mendengar bahwa kekasihnya ini sedang berada di daerah Cengkareng. Bersama seorang tetangganya, Tia-pun mencari kesana, berharap kebahagiaan yang ia dambakan dapat terwujud dalam hidupnya. Ternyata saya bertemu disana, di Cengkareng. Tapi pacar saya itu sudah bersama di rumah wanita lain. Lalu saya minta dia untuk ikut saya dan bertanggung jawab terhadap semuanya.

Namun untuk kali berikutnya sang kekasih kembali meninggalkan Tia. Ia tidak juga datang ke rumah. Kembali Tia merasakan sakit hati yang amat mendalam. Ia begitu frustasi sehingga ia mengalami shock yang berat.

Seorang rekannya melihat bagaimana Tia mengalami depresi berat.
Pertamanya ia menangis, sampai ia membanting-banting barang. Dia mengatakan bahwa ia sudah tidak kuat lagi. Tiba-tiba ia melotot. Saya coba bangunkan dia sambil memanggil tetangga disitu untuk menolong dia. Ada yang mencoba memasukkan sendok ke mulutnya, ada juga yang mencoba mengurut kakinya. Lalu kita berdoa sama-sama sampai akhirnya ia bisa sadar lagi.

Pikiran saya kosong dan saya tidak dapat melihat apa-apa. Tapi waktu saya ada dalam kebimbangan selama itu, saya terkadang makan tidak makan selama tujuh bulan di rumah kontrakan itu, saya tidak bernioat untuk menggugurkan dia. Saya hanya menderita waktu mengingat bapak bayi saya ini, hati ini sakit sekali. Tapi setelah itu ya sudah!.

Beberapa waktu kemudian Tia mendapatkan informasi dari pihak keluarganya tentang sebuah yayasan yang dapat membantu memecahkan masalahnya. Yayasan itu adalah lembaga yang menerima wanita-wanita bermasalah yang hamil di luar nikah.

Pengasuh di yayasan melihat suatu perubahan dalam hidup Tia.
Pada waktu saya pertama bertemu dengan dia, wajahnya itu benar-benar menyeramkan. Kusam karena kalut. Tapi setelah dia masuk di rumah "Hidup Baru", saya banyak membimbing dia. Saya beri dia Firman bahwa masih ada harapan. Lama-lama saya melihat bahwa ada suatu perubahan di dalam dirinya.

Saya juga mulai dijamah Tuhan sehingga saya mulai mengerti bahwa Tuhan Yesus itu amat sayang pada saya.

Akhirnya tibalah saatnya bagi Tia untuk melahirkan walau tanpa kehadiran seorang ayah bagi anaknya. Anak itu kemudian Tia beri nama Samuel.

Tuhan itu baik sekali. Saya sudah melakukan dosa yang begitu tapi Dia masih mengasihi saya dan anak saya lahir dengan normal dan juga cakep. Saya berdoa waktu itu : "Tuhan terima kasih, Engkau sangat baik dan mengasihi saya". Dengan kelahiran anak, saya telah menerima Yesus sepenuhnya dalam hati saya. Saya melihat kebaikan Tuhan itu amat luar biasa. Tuhan Yesus itu bagi saya menjadi bapak yang baik dan bapak yang luar biasa bagi anak saya. Pemeliharaannya sungguh ajaib dan luar biasa dalam kehidupan saya.

Saat ini Tia menghidupi dirinya dan anaknya lewat usaha kerajinan tangan dan menjahit. Mereka selalu merasakan pemeliharaan Tuhan dalam hidup mereka.

Banyak kali dilepaskan-Nya mereka, tetapi mereka bersikap memberontak dengan rencana-rencana mereka, tenggelam dalam kesalahan mereka. Namun Ia menilik kesusahan mereka, ketika Ia mendengar teriak mereka. Ia ingat akan perjanjian-Nya karena mereka, dan menyesal sesuai dengan kasih setia-Nya yang besar. Diberi-Nya mereka mendapat rahmat dari pihak semua orang yang menawan mereka. (Mazmur 106:43-46)

Halaman :
1

Ikuti Kami