Amsal 24:17
Jangan bersukacita kalau musuhmu jatuh, jangan hatimu beria-ria kalau ia terperosok
Bacaan Alkitab Setahun: [kitab]mazmu43[/kitab]; [kitab]iitim1[/kitab]; [kitab]yesay39-40[/kitab]
“Mengasihi” dan “musuh” merupakan dua kata yang bertolak belakang dalam pengertian duniawi. Oleh karena itu keduanya tidak dapat disatukan. Musuh bila diubah ke bahasa Inggris menjadi Enemy. Kata ini berasal dari bahasa latin inimicus yang mengandung makna bukan sahabat.
Jelas bahwa orang yang membenci akan menginginkan hal yang tidak baik, menjatuhkan, kecewa, sakit dan sebagainya. Oleh sebab itu nasihat untuk mengasihi musuh dapat dikatakan aneh, karena normalnya musuh menjadi orang yang dilawan, dibenci disingkirkan dan lain sebagainya yang memberi kesan negative.
Pemikiran dunia berbeda dengan Allah, yang menganjurkan sebaliknya. Seperti tertulis dalam Matius 5:44, “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu”.
Bukan sekedar berbicara aspek iman dan teologis, tetapi hal ini juga turut mempegaruhi praktik dan logis. Satu, membenci musuh ternyata merugikan diri sendiri, seseorang tidak akan pernah merasa bahagia apabila dikuasai kebencian terhadap orang lain. Dua, apabila melawan kebencian dengan kebencian, sama saja dengan melipatgandakannya. Sama dengan ilustrasi gelap yang tidak bisa dilawan dengan gelap, melainkan dengan terang. Walau hanya setitik cahaya, ternyata sanggup menembus kegelapan.
Dengan memahami makna ajaran “mengasihi musuh”, kita bisa melihat luka tanpa dendam; kepahitan tanpa amarah; kekecewaan tanpa geram. Gunakan ini sebagai kesempatan untuk mengasihi orang lain; untuk berbuat kebaikan.
Kemenangan terbesar adalah ketika kita berhasil mengasihi lawan.