Pasangan Pernah Selingkuh, Harus Lanjut atau Putus Aja?
Sumber: Canva Teams | SrdjanPav from Getty Images Signature

Relationship / 21 October 2025

Kalangan Sendiri

Pasangan Pernah Selingkuh, Harus Lanjut atau Putus Aja?

Claudia Jessica Official Writer
3359

Belakangan ini, media sosial diramaikan dengan kabar perselingkuhan Jule, seorang content creator asal Indonesia dari suaminya yang berasal dari Korea Selatan, Na Daehoon.

Meski belum jelas kebenarannya, isu ini bikin banyak orang kembali merenung, bagaimana jika kita sendiri berada di posisi yang mirip?

Bagaimana jika pasangan yang kita cintai ternyata pernah berselingkuh? Apakah hubungan itu masih pantas diperjuangkan, atau lebih baik diakhiri saja?

1. Perselingkuhan dalam Konteks Pacaran

Dalam pandangan Kristen, kesetiaan dan kejujuran adalah dasar dari setiap hubungan (Efesus 4:25, Amsal 12:22). Meskipun pacaran belum terikat seperti pernikahan, tindakan selingkuh tetap mencerminkan pelanggaran kepercayaan dan integritas.

Namun, berbeda dengan pernikahan yang menjadi perjanjian kudus di hadapan Tuhan, hubungan pacaran masih dalam tahap mengenal dan menilai. Artinya, keputusan untuk melanjutkan atau mengakhiri hubungan bisa lebih fleksibel, tapi kita tetap membutuhkan hikmat dan berdoa sebelum membuat keputusan.

 

BACA JUGA: Resep Rahasia Pernikahan Bahagia dari Amsal 15:23

 

2. Harus Lanjut atau Putus?

Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban yang sederhana. Tapi ada beberapa prinsip firman Tuhan yang bisa menolong kita mengambil keputusan dengan bijak.

a. Pertobatan dan Pengampunan

Jika pasangan yang berselingkuh menunjukkan pertobatan sejati, mengakui kesalahan, berubah, dan berkomitmen untuk tidak mengulanginya, maka Alkitab mengajarkan untuk memberi pengampunan (Lukas 17:3–4; Kolose 3:13).

Namun, mengampuni bukan berarti harus melanjutkan hubungan. Pengampunan adalah anugerah, sedangkan kepercayaan harus dibangun kembali lewat waktu dan bukti nyata.

b. Kepercayaan yang Rusak

Selingkuh seringkali menghancurkan fondasi kepercayaan. Kalau Anda terus merasa curiga, terluka, atau kehilangan rasa aman, mungkin hubungan itu sudah nggak sehat lagi (1 Korintus 13:4–7).

Ingat, kasih sejati tidak menuntut tetapi juga tidak buta terhadap kebenaran.

c. Doa dan Hikmat

Yakobus 1:5 berkata, “Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah.”

Jadi sebelum membuat keputusan, bawa pergumulanmu dalam doa. Tanyakan pada Tuhan, apakah hubungan yang Anda jalani membawa Anda lebih dekat kepada Tuhan atau justru menjauh?

 

BACA JUGA: Biar Gak Salah Pilih, Begini Cara Mengetahui Pasangan Alami Penyimpangan Seksual

 

d. Tujuan Pacaran

Pacaran bukan sekadar “cocok-cocokan,” tapi tahap menuju pernikahan yang kudus (2 Korintus 6:14). Jika di tahap ini saja sudah terjadi pengkhianatan, Anda perlu menimbang dan menilai, apakah dia sosok yang bisa dipercaya dalam komitmen seumur hidup nanti?

Lanjut atau Putus?

Keputusan untuk melanjutkan atau mengakhiri hubungan harus dilihat dari dua sisi, perubahan dan damai sejahtera. Jika pasangan menunjukkan pertobatan sungguh-sungguh, terbuka untuk berubah, dan Anda merasakan damai setelah berdoa serta menimbang dengan bijak, mungkin hubungan itu masih bisa diberi kesempatan.

Tetapi jika tidak ada tanda-tanda penyesalan, kepercayaan sudah rusak, atau hubungan itu justru menjauhkan kamu dari Tuhan, maka berpisah bisa jadi keputusan yang baik.

Melepaskan bukan berarti gagal, melainkan bentuk ketaatan dan kasih kepada diri sendiri, bahwa Anda layak berada dalam hubungan yang sehat, kudus, dan membawa kamu makin dekat dengan Tuhan.

Jika Anda masih merasa bimbang, mintalah bantuan konselor atau mentor rohani yang bisa melihat situasi dari sudut pandang netral dan berdasarkan firman Tuhan. Layanan Doa CBN juga siap untuk menemani Anda di masa sukar ini, WhatsApp kami di 0822-1500-2424 atau klik banner di bawah artikel ini.

Sebaliknya, jika Anda memilih untuk melanjutkan hubungan, tetapkanlah batasan yang sehat seperti transparansi, komunikasi terbuka, dan komitmen membangun kembali kepercayaan.

Apabila Anda memilih berpisah, lakukan dengan hormat, tanpa dendam, dan serahkan semuanya pada Tuhan. Gunakan waktu itu untuk memulihkan diri dan bertumbuh dalam iman (Amsal 3:5-6).

 

BACA JUGA: Tuhan Mau Pulihkan Pasangan Anda  yang Kecanduan Main Game

 

Yesus mengingatkan bahwa perceraian dalam pernikahan sangat dibatasi (Matius 5:32). Itu sebabnya, masa pacaran adalah waktu terbaik untuk menilai karakter seseorang sebelum masuk ke perjanjian kudus itu.

Perselingkuhan bisa jadi tanda bahaya (red flag) yang tidak bisa diabaikan begitu saja, tapi untuk direnungkan dengan serius sebelum melangkah lebih jauh.

Tidak ada jawaban absolut untuk kasus perselingkuhan. Tapi Firman Tuhan mengajarkan kita untuk mencari kehendak-Nya di atas segalanya.

 

Sumber : Berbagai sumber | Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami