"Kenapa pernikahan ini terasa begitu berat untuk dijalani?"
Mungkin itu pertanyaan yang terlintas di benak banyak pasangan, terutama mereka yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda.
Bukan hanya sekadar perbedaan bahasa atau kebiasaan, tetapi juga pola pikir, nilai-nilai yang dianut, hingga cara menghadapi konflik. Daniel Mananta dan Viola Maria, pasangan dengan latar belakang budaya Indonesia dan Jerman, merasakan tantangan ini dalam pernikahan mereka.
Berikut adalah 7 hal yang dibagikan oleh Daniel Mananta dan Viola Maria dalam Podcast Cahaya Bagi Negeri Indonesia:
1. Menjadi Satu, Bukan Berarti Menjadi Sama
Sering kali kita berpikir bahwa bersatu berarti harus menghilangkan perbedaan. Namun, Viola justru mengatakan bahwa selama 13 tahun pernikahan mereka, perbedaan selalu ada dan tidak akan pernah benar-benar hilang. Yang terpenting bukan bagaimana menyamakan perbedaan, melainkan bagaimana menghargai dan menggunakan perbedaan tersebut sebagai kekuatan dalam pernikahan.
Dalam pernikahan, setiap pasangan membawa latar belakang, kebiasaan, dan prinsip hidup yang berbeda. Tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk. Yang perlu dilakukan adalah saling beradaptasi dan mencari titik tengah yang bisa diterima bersama.
2. Butuh Tuhan untuk Mematikan Ego
Salah satu tantangan terbesar dalam pernikahan bukanlah perbedaan budaya, melainkan ego diri sendiri. Daniel mengakui bahwa ia bisa mengendalikan emosinya dalam pekerjaan atau di jalanan yang macet, tetapi saat bersama istrinya, menurunkan ego terasa lebih sulit.
“Kalau ego menang, pernikahan yang menderita dan kalah,” ujar Daniel. Butuh bertahun-tahun baginya untuk menyadari bahwa minta maaf lebih dulu bukanlah tanda kekalahan, tetapi kemenangan bagi pernikahan.
Sumber : Jawaban.com