Proses Pertobatan Seorang Gay Lewat Dukungan Ini
Sumber: dok.pribadi Jawaban.com

Family / 21 October 2024

Kalangan Sendiri

Proses Pertobatan Seorang Gay Lewat Dukungan Ini

Lidya Dwi Apriliani Official Writer
222

Aron adalah seorang pemuda 27 tahun yang memiliki perjalanan hidup yang penuh lika-liku. Ketika usianya baru 1,5 tahun, orang tuanya bercerai, dan ibunya menikah lagi dengan seorang pria yang berbeda agama. Hal ini membuat Aron dan ibunya mengikuti agama yang dianut oleh ayah tirinya. 

Perubahan ini membuat Aron kehilangan identitas spiritualnya dan menjauh dari ayah kandungnya. Hubungan dengan ibunya juga menjadi tidak baik karena perhatian orang tua lebih tertuju pada pekerjaan mereka. Aron merasa sangat kesepian dan hanya ditemani oleh tantenya.

Aron tumbuh menjadi seorang remaja yang kehilangan arah. Setelah ia lulus SMA, ia mulai terjerumus ke dalam kelompok pergaulan yang negatif. Saat itu ia sibuk mencari kebahagiaan di luar rumah karena ia tidak pernah merasa nyaman berada di rumah dan tidak mendapat perhatian penuh dari orang tuanya. “Setiap hari, saya minum alkohol, bergaul bebas, bahkan terlibat dalam hubungan LGBT,” kenangnya.

Ia pernah terlibat dalam hubungan sesama jenis selama empat tahun, tetapi hubungan ini justru membuatnya semakin jauh dari orangtuanya. Setelah mendapat pekerjaan, Aron keluar dari rumah dan tinggal bersama pasangan sesama jenisnya.

Aron meninggalkan kebiasaan mabuk-mabukannya. Karena saat itu ia merasakan kebahagiaan semu yang selama ini ia cari. Sebab ia memiliki seseorang yang bisa ia jadikan sandaran dan memiliki pekerjaan yang layak.

Baca Juga : Patah Hati Setelah Batal Menikah, Rani Mendapatkan Kekuatan Baru Berkat Layanan Ini 

Namun hubungan ini tidak berjalan dengan baik. Pertengkaran demi pertengkaran sering terjadi antara mereka. Rasa takut kehilangan yang Aron miliki membuatnya jadi orang yang sensitif, mudah marah dan cemburuan. Bahkan pertengkaran ini membuat Aron kehilangan akal dan melukai dirinya.  

Sampai saat hubungan itu berakhir, Aron merasa kehilangan arah dan depresi. Ia kembali terjebak dalam kebiasaan buruk. “Saya sering melukai diri sendiri dan keluar-masuk rumah sakit. Meskipun saya jujur kepada ibu tentang keadaan saya, saya masih merasa bersalah dan tetap menyalahkan mereka atas apa yang saya alami,” ungkapnya. 

Kenangan masa kecilnya yang sendirian dan sering mendapatkan kekerasan dari ayahnya terlintas. Kebiasaan buruk kedua orangtuanya yang selalu ia lihat juga jadi luka tersendiri bagi Aron.

Saat keadaan semakin buruk, Aron mencoba mencari ketenangan dengan pergi ke Bali, namun bukannya ketenangan, ia malah terjerumus semakin dalam. Tidak hanya mabuk-mabukan, Aron mulai terjerat ke dalam kebiasaan menggunakan narkotika. 

Tidak ingin semakin jauh, Aron pun memilih untuk kembali ke daerah asalnya. Ketika kembali ke Gorontalo, ia tetap luntang lantung dan tidak menemukan jalan keluar. Setiap kali ia bercerita pada teman-temannya, mereka hanya mengajak minum-minum sebagai solusi dari apa yang ia alami. 

Selanjutnya baca disini >>>

Sumber : Jawaban.com
Halaman :
12Tampilkan Semua

Ikuti Kami