Istriku Meninggal, Tuhan Bikin Saya Kecewa! – Kesaksian Jovi Tampi
Sumber: YouTube Jawaban Channel

Milenial / 15 October 2024

Kalangan Sendiri

Istriku Meninggal, Tuhan Bikin Saya Kecewa! – Kesaksian Jovi Tampi

Claudia Jessica Official Writer
290

Nama saya Jovi Tampi, dan saya pernah berada di titik terendah dalam hidup saya, dimana istri saya meninggal dalam kebakaran dan saya merasa sangat kecewa pada Tuhan.

Semua berawal saat saya dan keluarga baru saja pulang dari pelayanan. Kami masuk ke rumah dan mencium bau gas yang sangat kuat. Saya segera membuka regulator dan jendela, berharap gas tersebut bisa keluar.

Namun, ketika saya menyalakan kipas angin, tiba-tiba ada percikan dari colokan listrik, dan ledakan besar terjadi. Api langsung menyebar di seluruh rumah.

 

BACA JUGA: Sutradara "Home Sweet Loan" Sabrina Bercerita Tentang Keluarganya yang Tak Harmonis

 

Istri saya panik dan berlari keluar rumah, tapi sayangnya, tubuhnya sudah tersambar api. Dia berguling-guling di aspal sampai tetangga kami membantu memadamkan api di tubuhnya.

Namun, luka bakar yang dialami istriku sangat parah. Ketika berada di rumah sakit, kami mendapat pertolongan pertama yang sakitnya luar biasa karena ledakan begitu hebat.

Saat itu, saya mendengar istri saya berkata, “Aku sudah nggak sanggup lagi, Tuhan. Papa, aku pergi dulu ya.” Ternyata, itu adalah kata-kata terakhir yang saya dengar darinya sebelum kami dirawat secara terpisah karena covid-19.

Istriku dinyatakan positif COVID, sementara saya dirawat di ruangan biasa dan tidak bisa menemaninya. Tak lama setelah itu, dia meninggal dunia dan harus segera dikubur karena menderita COVID itu.

 

BACA JUGA: Benci dengan Sosok Pria, Bagaimana Nuniek Bisa Menerima Tuhan Yesus?

 

Saya bahkan tidak bisa hadir di pemakamannya karena masih dirawat. Satu bulan setelah keluar dari rumah sakit, saat itulah saya benar-benar merasa hancur. Saya merasakan kekosongan yang luar biasa.

Saya kecewa, marah, dan merasa Tuhan tidak adil. Saya bertanya, "Kenapa Tuhan izinkan ini terjadi? Bukankah saya sudah melayani-Mu?" Kekecewaan itu terus tumbuh, dan dalam benak saya, satu-satunya solusi yang terpikir adalah mengakhiri hidup. Saya mulai meragukan Tuhan, doa, dan bahkan meragukan kekristenan.

Saya dulu berpikir bahwa jika saya melayani Tuhan dengan setia, maka hidup saya akan baik-baik saja. Tapi kenyataannya tidak seperti itu. Saya terjebak dalam pikiran bahwa hubungan dengan Tuhan seperti sebuah transaksi.

Namun, di tengah kegelapan itu, Tuhan mulai membukakan mata saya. Tuhan mengingatkan bahwa pengorbanan-Nya di kayu salib adalah bukti kasih-Nya yang jauh lebih besar dari apapun.

Pelan-pelan, Tuhan memulihkan hati saya. Saya belajar bahwa kekristenan bukanlah tentang menuntut Tuhan untuk memberikan apa yang kita inginkan. Tuhan telah memberikan yang terbaik melalui salib, dan itu lebih dari cukup.

 

BACA JUGA: Perjalanan Vera Setiawan Keluar dari Okultisme, Temukan Kedamaian Sejati

 

Saat saya mulai menerima kenyataan ini, saya merasakan kedamaian yang luar biasa. Tuhan tidak pernah meninggalkan saya, meskipun saya sempat meragukan-Nya.

Setiap hari, Tuhan memberikan saya kekuatan baru. Sedikit demi sedikit, saya mulai bangkit. Tidak ada yang instan, tetapi saya merasakan bahwa Tuhan selalu ada, memegang tangan saya dalam setiap langkah. Di tengah rasa sakit dan kehilangan, Tuhan adalah sumber kekuatan saya.

Teman-teman, melalui kisah saya ini, saya ingin mengatakan bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita, bahkan di saat-saat terkelam sekalipun. Dia setia, dan Dia akan memulihkan setiap hati yang berserah kepada-Nya.

Kesaksian saya ini bisa Anda lihat melalui video di bawah ini:

 

Sumber : YouTube Jawaban Channel
Halaman :
1

Ikuti Kami